"Assalamualaikum warahmtullahi wabarakatuh. Pak Menteri, perkenalkan saya Zaki. Saya salah seorang mantan teroris. Ada sesuatu hal yang mungkin saya perlu sampaikan kepada Bapak Menteri. Sempat ramai soal celana cingkrang. Jangan sampai tata pakaian itu diseret ke politik," kata Zaki.
Pernyataan itu disampaikan Zaki dalam sesi tanya-jawab dengan Fachrul Razi pada acara 'Dialog Deradikalisasi dan Peluncuran Aplikasi' oleh Kajian Terorisme Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia (UI) di Gedung IASTH UI, Jalan Salemba Raya, Senen, Jakarta Pusat, Rabu (13/11/2019). Zaki mencontohkan pelaku bom bali yang tidak memakai celana cingkrang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Fachrul kemudian menanggapi pernyataan Zaki. Mantan Wakil Panglima TNI itu menegaskan celana cingkrang bukan ukuran ketakwaan seseorang.
"Yang jawab pertanyaan yang terakhir aja dulu. Anda nggak pake ya, saya pake. Kalau Anda ke rumah saya, pasti saya pakai itu. Apalagi masjid di rumah saya itu masjid kami itu pakai tangga. Istri saya paling takut kalau saya pakai sarung, takut jatuh. Jadi saya pakai celana cingkrang. Cuma tidak pernah dilarang. Cuma saya ingin dikatakan itu bukan ukuran ketakwaan. Ada yang mengatakan itu ukuran ketakwaan, boleh. Tapi saya ingin katakan tadi kita bebas berpendapat. Tapi kalau dilarang belum pernah saya mengeluarkan kata-kata dilarang. Begitu juga tentang nikab atau cadar," kata Fachrul.
Fachrul juga bercerita mengenai teman dekatnya yang mempunyai anak memakai cadar. Dia meluruskan bahwa dirinya tidak pernah melarang penggunaan cadar.
"Saya punya sahabat sangat dekat yang anaknya pakai nikab. Kalau ketemu, 'Om', dia panggil saya. Saya suka ganggu, 'kamu siapa ya?' he-he.... Tapi dia beranggapan bahwa nikab itu bagian dari ketakwaan. Saya ingin memberikan nuansa supaya jangan ada pandangan, orang punya pilihan. Saya bilang buat saya itu tidak ada kaitannya dengan ketakwaan, tapi tidak pernah dilarang. Tidak pernah saya melarang nikab, tidak pernah saya melarang celana cingkrang," imbuh Fachrul.
Dia lantas menjelaskan soal aturan pakaian PNS. Menurut dia, PNS tidak boleh memakai celana cingkrang.
"Kalau ASN menurut saya punya aturan sendiri pakaian seragamnya. Pasti celana cingkrang pasti nggak boleh. Kecuali memang waktu saya rapat terbatas kemarin di istana saya diganggu salah satu menteri juga. Karena kebetulan saya pakai celana lama agak sedikit tinggi, 'nah pak menteri pakai celana cingkrang ya'. Kalau dikasih tahu di mana pakainya kok nggak ada persoalan," beber dia.
Terkait polemik larangan celana cingkrang ini, Fachrul menegaskan dia menghargai perbedaan pendapat. Dia tidak pernah menyalahkan seseorang.
"Jadi tidak pernah saya mengatakan melarang, tidak pernah saya mengatakan melarang tidak boleh pakai dan tidak pernah saya salahkan kalau orang memiliki pemikiran yang berbeda, silahkan saja. Saya memberikan nuansa supaya itu jangan seolah satu-satunya pilihan bahwa itu (ukuran) takwa. Saya mengatakan bukan ukuran takwa," ujar dia.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini