Peristiwa itu disebut-sebut baru sekali ini terjadi di Kali Anyar. Masyarakat pun penasaran dan menjadikannya sebagai tontonan. Pantauan detikcom di lokasi, busa itu mulai hilang pada pukul 13.00 WIB.
Ketua Komisi II DPRD Surakarta, YF Sukasno, meminta Dinas Lingkungan Hidup segera meneliti penyebab munculnya busa. Dia khawatir ikan-ikan akan semakin banyak yang mati akibat polusi air.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menduga sumber polusi tersebut berasal dari limbah pabrik. Saat kemarau limbah tersebut banyak mengendap, namun pada awal penghujan endapan tersebut ikut terbawa air.
"Seharusnya pabrik itu punya pengolahan limbah sendiri. Kalau kemarau kan limbahnya mengendap, tidak mengalir, saat hujan pertama seperti disentor," ujar dia.
Sementara itu, Staf Pengendali Pencemaran DLH Surakarta, Arif Cahyana, menduga busa tersebut berasal dari limbah domestik. Kebanyakan berasal dari limbah rumah tangga.
![]() |
"Air diduga mengandung fosfat dari detergen detergen, kemungkinan dari limbah rumah tangga. Tapi kami masih membutuhkan waktu untuk menguji sampel air," ujar Arif.
Soal peristiwa yang baru sekali terjadi, Arif mengatakan kemungkinannya berkaitan dengan mulai beroperasinya bendung karet dalam beberapa bulan ini. Bendung karet tersebut dibangun dengan ketinggian curam.
"Dulu kan air itu mengalir landai, sekarang masuk bendung karet curam. Jadi air jatuh itu kemudian mengalami turbulensi sehingga mengeluarkan busa. Ditambah lagi air mengandung fosfat, jadi banyak busanya," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini