"Jadi yang bersangkutan minta lima persen dari nilai kontrak proyeknya yang bernilai Rp1,5 miliar," ungkap Yusuf di Mataram, Selasa.
Permintaan jatah kepada pihak pemenang tender ini, jelasnya, berkaitan dengan proyek fisik untuk pengembangan pariwisata di wilayah Lombok Barat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan kewenangannya, Kadispar Lombok Barat Ispan Junaidi memanfaatkan proses pencairan anggaran tahap pertama untuk mendapatkan jatah dari pemenang tender.
"Kalau tidak diberikan, dia (Ispan Junaidi) tidak mau tanda tangan termin," ujarnya.
Pada awalnya, lanjut Yusuf, Kadispar Lombok Barat ini meminta jatah 10 persen dari nilai proyeknya. Namun, setelah melewati proses negosiasi dengan pihak pemenang tender yang identitasnya enggan disebutkan itu, kesepakatan jatuh di lima persen.
"Jadi sudah lama ada nego-nego itu, mereka (Kadispar Lombok Barat) panggil kontraktornya dan minta persentase dari nilai proyeknya. Namun pada akhirnya si kontraktor hanya menyanggupi untuk memberikan jatah lima persen, itu pun uang dari pinjaman," ucapnya.
Lebih lanjut dikatakan bahwa Ispan Junaidi yang saat ini sudah diamankan di Kantor Kejari Mataram masih akan menjalani pemeriksaannya sebagai saksi.
"Jadi hari ini masih kami periksa, masih ada waktu 24 jam untuk menentukan statusnya. Ya kalau ada pengembangan akan kami lanjutkan ke penyidikan," ujar dia.
Diketahui bahwa Ispan Junaidi diamankan oleh tim intelijen dibawah pimpinan Kasi Intelijen Kejari Mataram Agus Taufikurrahman, dari ruangannya di Kantor Dinas Pariwisata Lombok Barat.
Dalam giat OTT pada Selasa (12/11) siang itu, Ispan Junaidi diamankan bersama barang bukti berupa uang tunai yang jumlahnya Rp 95.850.000. Uang yang diamankan dari tas ransel warna hitam itu diduga kuat jatah yang diterima Ispan Junaidi dari pihak pemenang tender. (asp/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini