BNPT: Sekjen PBB Menyatakan Tak Semua yang Radikal Itu Negatif

BNPT: Sekjen PBB Menyatakan Tak Semua yang Radikal Itu Negatif

Eva Safitri - detikNews
Selasa, 12 Nov 2019 11:08 WIB
Foto ilustrasi: Sekjen PBB Antonio Guterres (AFP Photo/Kena Betancur)
Jakarta - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengatakan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sempat mengomentari soal penggunaan istilah 'radikalisme' di Indonesia. BNPT mengatakan PBB sempat menyampaikan pesan terkait pengertian istilah ini.

"Kita sudah tahu bahwa radikal itu ada positif ada negatif. Sekjen PBB menambahkan bahwa tidak semua yang radikal itu negatif," ujar Direktur Deradikalisasi BNPT Irfan Idris ketika dihubungi, Senin (11/11/2019).



Irfan mengatakan masukan dari PBB itu sangat membangun. Tapi, sayangnya, menurut Irfan, masyarakat saat ini seolah-olah sudah terpengaruh pandangan negatif.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masukan Sekjen PBB sangat bagus dan komprehensif, hanya saja seakan (makna radikalisme sekarang, red) sudah negatif semua," katanya.

Sekjen PBB Antonio Guterres berbicara kepada Kepala BNPT Suhardi Alius saat Suhardi berbicara di markas PBB, New York, Amerika Serikat (AS), atas permintaan PBB.

Untuk itu, Irfan mengatakan perlu ada sosialisasi agar masyarakat memahami arti radikalisme sebenarnya. "Olehnya itu perlu disosialisasikan agar masyarakat memahami makna yang selengkapnya," ucapnya.

Menurut Irfan, tidak ada yang negatif dari istilah 'radikalisme'. Istilah yang berkata dasar 'radix' itu justru bermakna positif. Hanya, kata Irfan, kurang ada sosialisasi, sehingga mindset seseorang tergiring mengikuti arah negatif.



Sebelumnya, diksi 'radikalisme' itu mendapat banyak kritik oleh DPR. Salah satunya anggota Komisi III DPR RI Sarifuddin Sudding mengusulkan kepada Kepala BNPT Suhardi Alius untuk mengubah diksi 'radikalisme' menjadi 'violent extremism' atau 'kekerasan ekstrem'.

Anggota DPR Komisi III F-Gerindra Rahmat Muhajirin juga meminta Suhardi agar kata 'radikal' itu tidak dipakai. Sebab, menurut Rahmat, bahasa itu langsung menyasar ke kelompok agama tertentu.



Presiden Jokowi sebelumnya juga mewacanakan untuk menyebut radikalisme dengan istilah lain, seperti 'manipulator agama'. Dia menyerahkan penanganan pemakaian istilah 'radikalisme' itu kepada Mahfud Md.

"Apakah ada istilah lain yang bisa kita gunakan, misalnya manipulator agama. Saya serahkan kepada Pak Menko Polhukam untuk mengoordinasikan masalah ini," kata Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (31/10) lalu.

BNPT: Sekjen PBB Menyatakan Tak Semua yang Radikal Itu NegatifIrfan Idris dari BNPT (Mukhlis Dinillah/detikcom)
Halaman 2 dari 2
(eva/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads