"Potensinya sangat tinggi karena berdasarkan Negarakertagama dan Pararaton ini tempat pendharmaan Raja Singosari, Mahesa Cempaka mendampingi Wisnu Wardhana. Nah ini yang mau kami ungkap," kata Direktur Pelestarian Cagar Budaya dan Permuseuman Dirjen Kebudayaan Kemendikbud Fitra Arda kepada wartawan saat meninjau situs Kumitir di Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo, Mojokerto, Jumat (8/11/2019).
Fitra memperkirakan luasan situs Kumitir mencapai 16 hektare. Namun selama 10 hari ekskavasi, yaitu 21-30 Oktober 2019, para arkeolog baru menemukan talud kuno sepanjang 100 meter. Struktur tembok penguat tanah dari susunan bata merah ini mempunyai ketebalan 140 cm dengan tinggi lebih dari 120 cm.
Tembok yang sudah digali merupakan bagian timur dari talud. Sementara tembok sisi barat, selatan dan utara sampai saat ini belum ditemukan. Talud ini diyakini mengelilingi sebuah kompleks bangunan suci yang sudah berdiri sejak zaman Kerajaan Singosari.
Berdasarkan naskah Nergarakertagama dan Pararaton, Kumitir menjadi tempat pendharmaan 2 raja Singosari, yaitu Mahesa Cempaka dan Wisnu Wardhana. Mahesa merupakan putra Ken Arok dan Ken Dedes. Dia juga kakek dari Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Sedangkan Wisnu Wardhana putra dari Tunggul Ametung dan Ken Dedes.
Raja Mahesa wafat pada 1286 masehi. Untuk mengenang kematiannya, dibangunlah kompleks tempat suci di Desa Kumitir. Selain sebagai monumen untuk mengenang Raja Mahesa, bangunan suci tersebut sekaligus menjadi tempat pemujaan. Bangunan suci itu lantas dipugar dan difungsikan kembali pada masa Raja Majapahit Hayam Wuruk.
"Kami yakin di bagian tengah (areal yang dikelilingi talud kuno) ini ada sesuatu. Ini menjadi harapan bagi kami untuk menggali lagi nilai-nilai Majapahit. Tidak hanya fisik, tapi juga ada nilai-nilai di balik itu," terang Fitra.
Oleh sebab itu, lanjut Fitra, pihaknya akan menggelar ekskavasi skala besar tahun depan. Selain mengerahkan para arkeolog dari beberapa Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB), ekskavasi juga akan melibatkan sejumlah perguruan tinggi di Jatim.
"Tahun depan kami akan menggandeng perguruan tinggi dan UPT BPCB lainnya. Selain untuk mempercepat ekskavasi, juga untuk melatih para mahasiswa dan teman-teman di UPT lainnya," ujarnya.
Ekskavasi tahun depan, menurut Fitra, ditargetkan mampu mengupas titik-titik batas situs Kumitir. Penggalian areal tengah juga menjadi fokus utama untuk menemukan sisa-sisa bangunan suci peninggalan Singosari dan Majapahit.
"Ekskavasi selanjutnya kami anggarkan tahun depan. Berapa tahapnya tergantung pendanaan yang sekarang digodok di DPR," tandasnya.
Situs Kumitir ini pertama kali ditemukan Muchlison dan Nurali saat menggali tanah untuk bata merah, Rabu (19/6/2019). Setelah menggali sebagian truktur kuno ini, mereka baru melapor ke BPCB Jatim. Bangunan purbakala ini memang berada di lahan pembuatan bata merah.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini