Ketua Umum DN-PIM Din Syamsuddin menyinggung kata-kata bijak Jerman sebagai perumpamaan untuk tantangan Indonesia Maju. Menurut Din, dibutuhkan keinginan untuk mengatasi kesenjangan yang terjadi di Indonesia.
"Berkaitan pada das sollen, idealitas, das sein realitas, ada satu yang kurang disebut, das wollen, keinginan, will, untuk mengatasi problem yang muncul akibat adanya kesenjangan antara realitas dan idealitas. Dan das wolen itu, political will, good will, tiada lain bagaimana mendekatkan realitas dengan idealitas," kata Din di di kantor DN-PIM, Pejaten, Jakarta Selatan, Kamis (7/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Melangkah Maju Setelah Pidato Visi Jokowi |
Eks Ketum PP Muhammadiyah itu mengatakan kelemahan Indonesia untuk mencapai cita-cita menjadi negara maju adalah karena tidak memiliki cetak biru yang jelas terkait apa itu Indonesia yang maju. Padahal, cetak biru itu sangat diperlukan.
"Kelemahan kita sebagai bangsa untuk menuju pencapaian cita-cita yang merupakan visi tak terbatas dari bangsa ini, kita tidak punya tafsir yang jelas, kerangka operasional, atau sebelumnya kita tidak punya blue print dari Indonesia maju itu apa. Kalau kita tidak punya blue print seperti itu, kita bisa jadi tidak akan menghampiri dan mendekati perwujudannya," ujar Din.
Din mengatakan untuk mengatasi kesenjangan diperlukan keinginan yang kuat. Hal itu juga perlu didukung pemerintahan yang baik (good governance).
"Kesenjangan tidak hanya fisik, tapi juga non fisik. Dibutuhkan das wollen yang kuat ya. Ini tugas kita semua, tidak hanya tugas pemerintah, dan tugas masyarakat secara keseluruhan," ucapnya.
Peneliti LIPI Siti Zuhro kemudian bicara soal ketimpangan sosial. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak menggembirakan dan menimbulkan kesenjangan sosial.
"Normatifnya sangat jelas bahwa Indonesia sudah diketahui gemah ripah loh jinawi dan sebagainya. Kita kok lama banget terkungkung di middle income trap seperti itu. Pertumbuhan ekonomi yang dinamis dan menimbulkan uncertainty. Pertumbuhan ekonomi kita tidak menggembirakan. Saya amat setuju, ini yang jadi momok masyarakat Indonesia adalah ketimpangan sosial," ujar Siti
Menurut Siti, kesenjangan tidak hanya terjadi antara Jawa dengan luar Jawa, bahkan terjadi juga antarwilayah di pulau Jawa hingga DKI Jakarta. Siti mengatakan solusi untuk mengatasi kesenjangan salah satunya adalah kembali pada cita-cita dan harapan reformasi.
"Apa solusi untuk mengatasi kesenjangan sosial? Kita coba pelan-pelan pikirkan. Kita nggak punya pilihan lain selain kembali pada tujuan cita-cita harapan reformasi, yaitu pemberantasan KKN. Itu ghiroh kita, semangat kita, membantu perjuangan berkeadilan sosial," ucapnya.
Sementara itu, Rektor IPB Arif Satria mengungkapkan tantangan Indonesia maju yaitu dari pengembangan sumber daya manusia (SDM). Arif menilai SDM Indonesia perlu diasah untuk menghadapi tantangan yang penuh ketidakpastian di masa depan.
"Situasi ketidakpastian itu kita harus perhatikan skill apa yang dibutuhkan untuk ke depan. Singapura memutuskan (skill) entrepreneurship. Maka kurikulum SMA disiapkan dengan program-program entrepreneur," tutur Arif.
"Di IPB juga sama, bagaimana menyiapkan untuk lulusan kami di 2030-2040. Saya rombak jalur masuk IPB. Saya ubah sekarang dengan jalur Ketua OSIS. Dengan saya rekrut Ketua OSIS, bagi saya tugas mengasah softskill sudah 50 persen selesai," lanjut dia.
Menurut Arif, hard skill dan soft skill sama-sama dibutuhkan lulusan perguruan tinggi untuk menghadapi dunia kerja. Yang terpenting, kata Arif, adalah kejujuran dan kemampuan berpikir kritis.
"Nomor satu adalah kejujuran, integrity, interpersonal skill. Tapi komponen yang penting tadi adalah kejujuran, integrity. Ketika bicara soal itu, kejujuran adalah faktor penentu. Integrity adalah basis kita untuk menentukan trust. Mana ada kita mau kerja sama dengan orang yang kita tidak percaya. Integritas ini dalam dunia pendidikan satu hal yang sangat prinsip," tegasnya.
Sarasehan DN-PIM ke-14 ini juga dihadiri oleh Ketua PP Muhammadiyah Syafiq Mughni, guru besar ilmu ekonomi Didik J Rachbini, Ketua DPP PKS Mardani Ali Sera, dan Wali Kota Tangerang Selatan Airin Rachmi Diany.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini