Menurutnya, generasi muda, termasuk di dalamnya anak-anak lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), harus disiapkan untuk menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang hebat.
"Jika Indonesia dan Jawa Barat ingin menjadi hebat, harus memenuhi tiga syarat yaitu pertumbuhan ekonomi dijaga pada angka minimal 5%, demokrasi kondusif dan milenial atau Gen Z yang kompetitif," kata Emil dalam keterangan tertulis, Jumat (30/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengatakan pengembangan dan revitalisasi pendidikan vokasi atau SMK merupakan salah satu upaya menyiapkan SDM Jabar yang berkualitas. Hal itu juga sesuai dengan arahan presiden bahwa fokus pembangunan di 2019 adalah peningkatan kualitas SDM utamanya melalui vokasi.
Tujuan revitalisasi lembaga vokasi adalah kecocokan alias link and match dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DUDI). Misal, lanjutnya, dengan mendorong jurusan yang menjadi tren seperti jurusan kopi dan animasi, fokus kepada praktek, serta mendorong fleksibilitas sekolah dalam menyusun kurikulum bersama DUDI.
Terkait banyaknya jumlah pengangguran yang disumbang SMK, Emil mengatakan bahwa masalah tersebut dipengaruhi oleh empat hal yaitu laju ekonomi yang melambat, lulusan tidak punya fighting spirit, kurikulum tidak up to date, serta tidak adanya hubungan baik dengan industri.
Oleh karena itu, tambahnya, diperlukan upaya bersama untuk menghadirkan iklim investasi yang baik. Iklim investasi yang baik akan membuat industri terus tumbuh sekaligus membangun keselarasan antara kurikulum sekolah dan industri. Selain itu, diperlukan juga pendidikan karakter untuk membentuk lulusan yang punya spirit berjuang sesuai cetak biru generasi unggul Jabar Masagi.
"Hari ini kita ingin semangat baru, kita buktikan 2045 negara Indonesia jadi adidaya," ujarnya.
Menurut Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat, Dewi Sartika, 'link and match' SMK dan perusahaan merupakan langkah kerja kolaboratif antara pihak SMK di Jabar, Dinas Pendidikan Jabar, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, serta pihak industri/perusahaan.
Capacity building yang digelar bersama PT Astra International TBK pada acara itu pun menjadi implementasi dalam langkah kolaborasi dan inovasi yang diarahkan Emil.
Pada 2018, saat kopi Jawa Barat menjadi tren di dunia, Pemerintah Daerah Provinsi (Pemdaprov) Jabar juga telah melakukan pilot project kurikulum kopi di SMK PPN Tanjungsari sebagai contoh 'link and match'.
Jawa Barat memiliki 2.950 SMK, 9,6% di antaranya adalah SMK negeri, dengan kurang lebih 110 kompetensi keahlian. Hal itu, ujar Dewi, merupakan peluang serta potensi yang sangat strategis untuk bekerja sama dengan dunia industri.
"Sebagian besar (SMK) dikelola swasta, sekitar 735 membuka teknik kendaraan ringan otomotif, hari ini hadir 300 guru produktif berasal dari SMK negeri dan swasta di Jawa Barat," katanya.
Sementara untuk langkah revitalisasi SMK dilakukan dari aspek kelembagaan, kurikulum, dan kerja sama. Selain itu, program magang guru juga dilakukan agar terpenuhinya guru produktif yang kompeten termasuk guru tamu dari praktisi.
"Dengan begitu, sekolah vokasi mampu meningkatkan SDM dan kompetensi melalui lembaga sertifikasi profesi. Tidak cukup memiliki ijazah, tapi kompetensi dengan sertifikat kompetensi," ujarnya menerangkan.
Adapun menurut Direktur Pembinaan SMK Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, M Bakrun, link and match sekolah vokasi dan industri merupakan hal yang wajib dilakukan agar lulusan bisa diserap dengan tepat oleh perusahaan. Selain itu, kurikulum SMK juga harus dinamis menyesuaikan perkembangan teknologi industri.
"Sehingga SMK bisa menghasilkan lulusan yang kompeten baik di dunia kerja maupun untuk berwirausaha," tutupnya. (mul/ega)