Ini Motif Pembunuhan Pria yang Mayatnya Dikubur di Lantai Musala

Ini Motif Pembunuhan Pria yang Mayatnya Dikubur di Lantai Musala

Yakub Mulyono - detikNews
Kamis, 07 Nov 2019 12:40 WIB
Polisi menunjukkan alat yang digunakan untuk membunuh korban. (Yakub Mulyono/detikcom)
Jember - Surono alias Sugiyono (51) tewas dibunuh anak dan istrinya sendiri. Jasad pria itu dikubur di bawah lantai musala rumahnya di Dusun Juroju, Desa Sumbersalak, Kecamatan Ledokombo. Pembunuhan dilatarbelakangi persoalan asmara dan warisan.

"Jadi ada dua motif di sini, yakni masalah asmara dan keinginan mendapatkan harta warisan," kata Kapolres Jember AKBP Alfian Nurrizal, Kamis (7/11/2019).

Alfian menjelaskan, sebelum dibunuh, Surono sudah lama pisah ranjang dengan istrinya, Busani (45). Keduanya tak tidur sekamar karena Busani memiliki pria idaman lain.

"Istri korban ini menjalin hubungan asmara dengan pria lain. Korban tahu itu. Inilah yang menyebabkan rumah tangga pasangan ini tidak harmonis dan akhirnya mereka pisah ranjang," kata Alfian.


Sedangkan anak Surono, Bahar (26), yang selama ini bekerja sebagai tukang bangunan di Bali, tergiur untuk mendapatkan harta warisan dari sang ayah. Surono merupakan petani kopi dengan penghasilan Rp 147 juta per tahun. Penghasilan itu cukup besar bagi masyarakat yang selama ini tinggal di pedesaan.

"Anaknya ini tergiur mendapatkan harta sang ayah. Apalagi dia selama ini hanya bekerja sebagai tukang bangunan di Bali, dan sudah memiliki istri," kata Alfian.

"Jadi istrinya ini ingin hubungan asmaranya dengan pria idaman lainnya lancar, sementara sang anak ingin mendapatkan harta ayahnya. Jadi ada titik temu untuk kepentingan masing-masing. Akhirnya terjadilah persekongkolan untuk membunuh korban," tambah Alfian.

Bahkan selang dua bulan setelah Surono dibunuh, Busani menikah siri dengan pria idaman lainnya tersebut. Keduanya tinggal di rumah tempat jasad Surono dikuburkan di dalam lantai musala rumah itu.

"Kepada suami sirinya ini, B (Busani) mengatakan bahwa korban sudah dua bulan pergi ke Lombok dan menikah lagi di sana," terang Alfian.

Sedangkan Bahar berhasil membawa uang Rp 6 juta dari tempat Surono menyimpan uang. Bahar mendapatkan uang itu beberapa saat setelah membunuh ayahnya.

"Setelah membunuh korban, tersangka (Bahar) ini mencari-cari di mana korban menyimpan uang. Akhirnya tersangka menemukan uang Rp 6 juta. Uang itu dia bawa ketika kembali ke Bali," kata Alfian.

Dalam perkembangannya, warisan yang diharapkan Bahar tak kunjung terwujud. Bahkan dia kemudian khawatir Busani menceritakan ke suami sirinya apa yang sebenarnya terjadi pada Surono. Bahar pun membuat skenario cerita Surono tewas dibunuh suami siri Busani.


"Anak korban ini kemudian mengarang cerita ke kepala dusun bahwa dia mendapat kabar dari ibunya bahwa ayahnya meninggal dibunuh suami siri ibunya. Dia juga mengaku sang ibu memberi tahu bahwa mayat ayahnya berada di bawah lantai musala rumah. Cerita ini kemudian oleh kepala dusun diteruskan ke Polsek Ledokombo dan langsung kami tindak lanjuti," terang Alfian.

Dari hasil olah TKP dan pemeriksaan saksi-saksi, polisi akhirnya berhasil mengungkap siapa sebenarnya pembunuh Surono. Pria itu tewas bukan karena dibunuh selingkuhan istrinya, tapi justru oleh istri dan anaknya sendiri.

"Dari serangkaian proses lidik yang kami lakukan, terungkaplah bahwa korban ini dibunuh anak dan istrinya sendiri," kata Alfian.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya
Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.