Anggota Komisi B DPRD Sumut Gusmiyadi menyatakan, di tingkat provinsi, dinas terkait berupaya menangani kasus ini. Termasuk mengundang semua dinas dari kabupaten dan kota. Namun ternyata kepala dinas banyak yang tidak datang.
"Ini menjadi indikator proses penanganan yang dilakukan di dinas-dinas level kabupaten dan kota tidak cukup optimal," kata Gusmiyadi kepada wartawan di Medan, Kamis (7/11/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Penyuluh atau pendamping, ini yang menjadi ujung tombak memberikan pencerahan kepada masyarakat peternak, bagaimana mereka melakukan identifikasi terhadap penyakit ini, dan bagaimana penanganannya," kata Gusmiyadi.
Dengan begitu, tidak terjadi simpang-siur penanganan. Tidak akan terjadi juga pembuangan bangkai ternak yang mati ke sungai dan sebagainya.
Ke depan, saran Gusmiyadi, Pemprov Sumut harus serius membuat peta besar ancaman semua virus dalam bidang peternakan. Melakukan sosialisasi dan pelatihan untuk meningkatkan kemampuan petugas di lapangan agar mampu mengidentifikasi ini sedari awal.
Baca juga: Misteri Bangkai Ratusan Babi di Medan |
"Kita tidak mungkin selalu berperan sebagai pemadam kebakaran. Melakukan penanganan secara reaksioner sehingga seperti saat ini kita telanjur mengalami kerugian besar atas persoalan ini," tukas Gusmiyadi.
Kasus kematian babi akibat virus kolera babi telah menyebar ke 11 kabupaten dan kota di Sumut. Data terakhir yang dilansir Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Sumut menyebutkan, ternak babi yang mati mencapai 4.682 ekor.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini