"Saya banyak dengar, katanya di media sosial banyak yang nyinyir. Saya sendiri nggak punya akun medsos. Toh, buat saya pribadi, apa yang saya lakukan dengan modal sendiri, kemampuan sendiri, nggak merugikan orang lain. Saya tentu pertimbangkan keselamatan sendiri dan orang lain ketika uji coba nanti, nggak mau gegabah," ungkapnya, Kamis (7/11/2019).
Saat ini yang tersisa dari helikopter rakitan Jujun hanya tinggal baling-baling, ia masih menimbang bahan yang dibuat untuk salah satu komponen utama helikopter itu. Jujun menargetkan awal 2020 helikopternya sudah jadi dan langsung uji coba.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jujun mengaku sudah dihubungi beberapa stasiun televisi untuk ke Jakarta dengan membawa helikopter buatannya. Namun ia menolak permintaan itu karena ia ingin lebih dulu memastikan kelaikan helikopternya itu.
"Kemarin ada beberapa stasiun televisi yang meminta saya ke Jakarta dengan membawa helikopter ini. Tapi permintaan itu saya tolak, karena saya ingin lebih dulu memastikan helikopter ini bisa terbang dan bukan sekedar mencari sensasi. Saya juga nggak pernah ngumum-ngumumin saya bikin helikopter. Semuanya berawal dari mulut ke mulut tetangga dan mungkin sampai ke teman media," ujarnya.
Jujun mendapat dukungan secara moril dari warga setempat, termasuk aparat pemerintahan di desa. Bahkan warga kerap menanyakan ketika Jujun tidak terlihat mengerjakan helikopternya.
"Warga dukung, kadang kalau saya libur atau kecapekan pulang kerja, malamnya nggak otak-atik helikopter, warga sengaja datang ke rumah menanyakan. Kalau saya sudah dekat helikopter, kan suka berisik, warga juga nggak protes katanya 'haneuten'," ucapnya.
Jujun mengaku selama ini dia tidak pernah naik helikopter, namun dia pernah naik pesawat komersial. Ia meyakini helikopter berhubungan dengan mekanikal mesin, setiap inci helikopter yang dia buat telah melalui berbagai perhitungan.
"Harapannya, bisa terbang dan ke depannya benar-benar bermanfaat juga buat orang lain. Jadi kebanggaan juga, orang pribumi bisa bikin hasil karya dan mudah-mudahan diterima oleh semua orang," harapnya.
Untuk memahami cara kerja, Jujun, yang bekerja sebagai tukang bubut, hanya berkonsultasi dengan teman seprofesi yang mayoritas menguasai mekanik alat berat. Sisanya ia mencari tahu lewat YouTube meskipun menurutnya itu pun tidak maksimal.
"Tidak detail, makanya saya riset-riset sendiri, saya olah sendiri. Keseriusan saya dilihat ada penggantian komponen setelah melakukan riset," tandasnya.
Spesifikasi Helikopter Rp 30 Juta Buatan Tukang Bubut di Sukabumi:
(sya/ern)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini