Membedah Kabinet Baru Jokowi
Bagikan opini, gagasan, atau sudut pandang Anda mengenai isu-isu terkini
Kirim Tulisan

Kolom

Membedah Kabinet Baru Jokowi

Selasa, 29 Okt 2019 11:20 WIB
Fitraya Ramadhanny
Catatan: Tulisan ini merupakan opini pribadi penulis dan tidak mencerminkan pandangan Redaksi detik.com
Fitraya Ramadhanny (Foto: istimewa)
Jakarta - Presiden Jokowi telah mengumumkan susunan Kabinet Indonesia Maju. Sebanyak 38 Posisi menteri dan pejabat setingkat menteri sudah dibagi, rapat kabinet perdana sudah digelar. Reaksi publik pun beragam. Susi Pudjiastuti "mental" dan disambut kecewa di medsos. Nadiem Makarim masuk, disambut kehebohan yang sama ramainya.

Tapi, apa makna dari susunan kabinet baru ini? Ayo, kita kuliti satu-satu dalam 10 poin berikut ini.

1. Para koordinator

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ada 4 Menko seperti sebelumnya, yakni Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menko Polhukam Mahfud MD, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut B Pandjaitan, dan Menko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Muhadjir Effendy. Satu orang parpol, satu tentara, satu dari NU, dan satu Muhammadiyah. NU dan Muhammadiyah "naik level" menjadi menteri koordinator. Sementara Luhut semakin powerful dengan tambahan kewenangan mengurusi investasi yang punya visi maritim.

2. Triumvirat

Aturan tata negara kita menyebutkan soal Triumvirat, 3 menteri yang bisa menjalankan pemerintahan kalau Presiden dan Wapres berhalangan karena satu dan lain hal. Mereka adalah Mendagri, Menlu, Menhan.

Mendagri adalah Tito Karnavian (polisi), Menlu Retno Marsudi (sipil), Menhan Prabowo Subianto (TNI). Semua unsur terkait keamanan terjaga baik dari militer, polisi dan sipil. Mereka adalah "kartu As" Jokowi untuk memastikan pemerintahan yang kuat dengan pengaman berlapis.

3. Kue jatah parpol

Kabinet juga diisi dengan pembagian posisi menteri dan wakil menteri untuk parpol koalisi yaitu PDIP (6), Golkar (4), Nasdem (3), PKB (3), PPP (2). Gerindra sebagai oposisi bergabung dengan Jokowi dan mendapat 2 menteri.

Jokowi memilih strategi merangkul lawan. Ini memang baik untuk rekonsiliasi dan stabilitas meskipun menyakitkan hati sebagian relawan. Partai-partai kecil diberikan posisi wakil menteri yaitu Perindo (1) dan PSI (1). Tetap masih ada yang belum kebagian, tapi jika semua dituruti maka akan kentara sekali ini cuma bagi-bagi kursi.

4. The Young Guns

Kita juga melihat darah muda dalam kabinet Jokowi, umurnya di bawah 50 tahun. Ada Mendikbud Nadiem Makarim (35), Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (43), Mensos Juliari Batubara (47), Menteri KKP Edhy Prabowo (47), Menteri BUMN Erick Thohir (49), Menparekraf Wishnutama (49).

Mereka diminta membuat disruption, menggoyang sistem yang berada dalam titik jenuh. Memastikan kabinet lebih gesit untuk pembangunan ekonomi dan SDM. Pasti banyak pertentangan internal kementerian di awal. Kita tunggu gebrakan mereka.

5. Faktor NU-Muhammadiyah

Dua ormas Islam terbesar Indonesia NU dan Muhammadiyah punya jatah menteri juga. NU biasanya Menag, Muhammadiyah biasanya Mendikbud. Namun Jokowi tidak menaruh NU di Kemenang, dan "biar adil" Muhammadiyah juga tidak kebagian Mendikbud. Mereka berdua dinaikkan kelasnya menjadi Menko. Ada Menko Polhukam Mahfud MD (NU) dan Menko PMK Muhajir Effendy (Muhammadiyah).

6. Menguatnya patriarki

Kabinet Indonesia Maju lebih buruk terhadap keterwakilan perempuan. Dulu 8 menteri perempuan, kini dipangkas tinggal 5 orang saja. Menlu Retno Marsudi, Menkeu Sri Mulyani dan Menteri KLHK Siti Nurbaya Bakar bertahan, karena performa mereka oke. Menteri PPPA diganti dan Menaker kini perempuan. Menko PMK, Menteri Kelautan, Menteri BUMN, Menteri Kesehatan kini dijabat laki-laki semua. Sementara untuk keterwakilan kedaerahan, suku, dan agama kabinet ini sudah menjaga kebhinekaannya.

7. Bertabur jenderal

Siapa yang kebagian kursi menteri paling banyak? Bukan cuma PDIP, tapi juga TNI-Polri.

Kabinet Indonesia Maju bertabur 6 jenderal. Ada Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Pandjaitan, Menhan Prabowo Subianto, Menag Fachrul Razi, Kastaf Kepresidenan Moeldoko, Mendagri Tito Karnavian, dan jangan lupa Menkes dr Terawan yang baru naik pangkat jadi Letjen.

Uniknya lagi, perwakilan aneka generasi Akmil ada di sana, dari Luhut yang paling senior bersama Fachrul Razi, juniornya ada Prabowo, Moeldoko, sampai generasi jenderal aktif ada wakilnya yakni Tito Karnavian dan dr Terawan. Tidak ada yang terlewat.

8. Isu keamanan

Kenapa menteri yang sekarang banyak banget jenderalnya? Isu keamanan rupanya menjadi perhatian penting Jokowi untuk 5 tahun ke depan. Mendagri yang mengurusi semua kepala daerah dan ormas dipegang jenderal polisi. Menag yang mengurusi agama dipegang jenderal TNI.

Ini memang bukan pertama kali Kemendagri dan Kemenag diurus tentara-polisi. Namun tampak jelas, Jokowi mewaspadai isu SARA, gejolak kedaerahan, radikalisme, politisasi agama dan ormas anarkis. Aneka hal ini lumayan merepotkan dia dalam 5 tahun belakangan dan siap-siap saja disikat dalam 5 tahun mendatang.

9. Pasti reshuffle

Jokowi bilang sendiri menteri yang tidak cakap akan dicopot di tengah jalan. Artinya satu: pasti akan ada reshuffle kabinet. Biasanya setelah satu tahun masa pemerintahan. Reshuffle ini sekalian juga evaluasi terhadap peluang koalisi. Tapi apa berani me-reshuffle Prabowo kalau kinerjanya kurang baik?

10. Ke mana Partai Demokrat?

Harusnya Partai Demokrat masuk kabinet dengan AHY menjadi calon kuat. Lobinya intens, pertemuannya cukup sering. Namun, susunan menteri bukan keputusan Jokowi sendirian. Dari pernyataan Walikota Surabaya Risma, dia mengatakan Ketum PDIP Megawati Soekarnoputri juga berperan vital menentukan isi kabinet dan Risma menolak kursi menteri.

Dari ucapan Andi Arief kepada media pun secara tersirat bisa dipahami bahwa Jokowi sudah berusaha memperjuangkan AHY, tapi gagal. Apakah karena Mega? Jangan khawatir, masih ada kesempatan masuk kalau ada reshuffle kabinet.

Meski begitu, di luar kabinet juga asyik. Demokrat bisa lincah bergerak mempesona masyarakat tanpa harus terikat dengan posisi pemerintah.

Agenda Utama

Kalau membedah maksud dari kabinet Jokowi, susunan Kabinet Indonesia Maju menggambarkan jelas setidaknya dua agenda utama.

Pertama, isu keamanan dalam negeri akan menjadi perhatian serius. Siap-siap saja melihat penertiban ormas, program disiplin ASN, deradikalisasi, belanja alutsista baru sampai aksi sinergi TNI-Polri. Mudah-mudahan saja upaya menjaga keamanan dalam negeri tetap di dalam koridor hukum dan HAM dan tidak membuat wajah pemerintahan menjadi lebih keras dan otoriter. Semoga Menko Polhukam yang orang sipil, bisa jadi penyeimbang para menteri jenderal.

Kedua, pembangunan manusia juga akan jadi perhatian serius. Tampak jelas ada pergeseran fokus Jokowi dari pembangunan fisik, menjadi pembangunan manusianya. Tim ekonomi banyak yang bertahan. Tapi apakah Anda sadar, Menko PMK dan jajarannya semua diganti. Coba diabsen dari Menko PMK, Menag, Mendikbud, Menristek, Menkes, Mensos, Menteri PPPA, dan Menpora, orang baru semua. Artinya Jokowi memang dalam kabinet ini memilih membangun manusia, bukan infrastruktur belaka.

Kini kita menunggu, apakah dua fokus baru Jokowi akan membuat Indonesia jadi lebih baik lagi, atau justru melahirkan masalah baru.

Fitraya Ramadhanny redaktur pelaksana di detikcom. Tulisan ini pendapat pribadi

(mmu/mmu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads