Seperti dilansir AFP, Senin (28/10/2019), sejak tahun 2017, tercatat delapan orang tewas dan lebih dari 45 orang mengalami luka-luka dalam tiga insiden mobil tabrak kerumunan orang di Melbourne, ibu kota negara bagian Victoria dan kota terbesar kedua di Australia.
Kepolisian Victoria menyatakan para personelnya akan diminta untuk mengambil 'tindakan tegas' dalam merespons serangan dengan kendaraan. Yang dimaksud dengan 'tindakan tegas' itu termasuk menabrak mobil yang terlibat dalam serangan atau menembak pengemudinya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Setiap opsi taktis yang saat ini berlaku bisa mereka gunakan, tapi kebijakan tambahan menyatakan mereka bisa menggunakan kekuatan mematikan," kata Patton kepada wartawan di Melbourne, merujuk pada wewenang 'menembak untuk membunuh' atau 'shoot-to-kill'.
Meskipun Patton menyatakan hal ini merupakan 'hal ekstrem untuk dimasukkan dalam sebuah kebijakan', dia menyebut langkah tegas ini memberikan kejelasan bagi para personel kepolisian soal tindakan-tindakan apa saja yang bisa diambil. "Sangat penting," imbuhnya.
"Kami tidak ingin menunggu hingga sebuah mobil menabrak kerumunan orang, kami ingin mereka berhenti melakukannya sebelum itu terjadi," tegas Patton.
Pengumuman ini disampaikan menjelang penyelidikan terhadap kematian enam orang dalam insiden mobil tabrak kerumunan orang di jantung kota Melbourne pada Januari 2017. Penyelidikan itu untuk mencari tahu apakah polisi sebenarnya bisa mencegah insiden tersebut.
Pelaku penabrakan, James Gargasoulas, telah divonis penjara seumur hidup atas dakwaan pembunuhan terkait tewasnya enam orang dalam insiden itu. Kepolisian setempat telah menetapkan bahwa insiden itu tidak terkait teror.
Kebijakan ekstrem semacam ini, yang akan diberlakukan segera, merupakan yang pertama di Australia.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini