Status Tanggap Darurat Karhutla Sumsel Diperpanjang Hingga 10 November

Status Tanggap Darurat Karhutla Sumsel Diperpanjang Hingga 10 November

Raja Adil Siregar - detikNews
Sabtu, 26 Okt 2019 14:54 WIB
Jumpa pers BPBD soal perpanjangan status darurat karhutla di Sumsel. (Foto: Raja Adil Siregar/detikcom)
Palembang - Status tanggap darurat kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang berakhir 31 Oktober diperpanjang hingga 10 November 2019. Status diperpanjang karena masih musim kemarau.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumatera Selatan (Sumsel), Iriansyah mengatakan status diperpanjang agar pemerintah pusat tidak mengurangi personel dan alat bantuan. Sebab prediksi hujan baru akan turun pada awal November.

"Awalnya hujan diprediksi turun itu pada dasarian I Oktober. Tapi ada perubahan prediksi, di mana hujan baru akan turun di dasarian III atau akhir Oktober hingga awal November. Maka status tanggap darurat kita perpanjang," kata Iriansyah, Sabtu (25/10/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Dengan perpanjangan status tanggap darurat, Iriansyah mengaku penanganan karhutla akan terus berlanjut. Tercatat ada sekitar 14 ribu personel gabungan masih siaga di 9 kabupaten yang rawan karhutla.

"Jadi tim yang dikerahkan sekitar 14 ribu pasukan. Terdiri dari berbagai unsur baik TNI, Polri, BPBD dan tim kabupaten/kota, Manggala Agni, masyarakat peduli api, BNPB serta berbagai unsur lainnya juga terlibat. Termasuk di OKI ada tambahan 1.030 personel," katanya.

Sementara heli water bombing saat ini dipusatkan untuk memadamkan api di kawasan yang terbakar hebat, yakni di Kabupaten OKI. Di mana untuk Sumsel ada 4 wilayah rawan karhutla, mulai di OKI, Ogan Ilir, Musi Banyuasin hingga Banyuasin.



"Untuk memaksimalkan penanganan di lapangan, kami mengusulkan bantuan 1 unit helikopter lagi ke pemerintah pusat. Selain itu ada 2 pesawat dan melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) agar terus mengupayakan pembentukan hujan," katanya.



Diakuinya, proses pemadaman karhutla saat ini sulit dilakukan karena minim air. Bahkan kemarau tahun ini disebut lebih ekstrem dari tahun-tahun sebelumnya.

"Pemadaman sudah dilakukan siang dan malam oleh petugas. Hanya saja, kondisi cuaca yang panas, angin cukup kencang membuat titik hotspot meningkat hingga karhutla terus meluas," katanya.

Pada kesempatan yang sama Kepala Stasiun Klimatologi Kelas I Palembang, Nuga Putrantijo mengatakan dampak asap di Palembang disebabkan akibat tingginya suhu di Palembang dan sekitarnya.



BMKG mencatat suhu udara di kawasan Palembang di Oktober tercatat rata-rata mencapai 36,2 derajat celcius. Sementara suhu terendah terjadi di Februari yang mencapai 34,2 derajat celcius, kondisi ini menyebabkan terjadinya kebakaran di sejumlah kawasan terutama di Selatan wilayah Sumsel.

"Pembentukan awannya masih sedikit karena suhu muka air laut tetap dingin. Kondisinya membuat wilayah sebelah Selatan Indonesia tetap mengering, itu seperti di Lampung dan sebagian pulau Jawa," terangnya.

Khusus kota Palembang dan Kabupaten OKI, tercatat saat ini mengalami 30 Hari Tanpa Hujan (HTH). Sehingga kondisi ini memicu kekeringan pada lahan gambut dan menimbulkan karhutla seperti yang ada di OKI.



"Asap di Palembang ini akibat hembusan angin dari Timur ke Tenggara membawa asap kebakaran. Kebakaran terjadi di OKI menuju ke Palembang," kata Nuga.

"Prediksinya hujan baru terjadi itu akhir Oktober, sekitar tanggal 27-30 Oktober atau dasarian I November, 1 November. Potensi awan di tanggal tersebut harus dimanfaatkan juga untuk hujan buatan," katanya.
Halaman 2 dari 2
(ras/idn)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads