Seperti dilansir CNN dan AFP, Rabu (23/10/2019), total enam pria dalam kasus ini didakwa atas percobaan pembunuhan dan dijatuhi hukuman hingga lima tahun penjara dalam persidangan di Nanning, Provinsi Guangxi, pada 17 Oktober lalu.
Dalam kasus ini, sejumlah pembunuh bayaran melakukan 'outsourcing' yakni dengan meneruskan perintah pembunuhan -- dengan memotong bayaran yang diberikan -- kepada pembunuh bayaran lainnya. Hal itu dilakukan dengan harapan agar pembunuhan dilakukan oleh pembunuh bayaran lainnya, bukan oleh yang pertama kali diberi tugas. Namun pada akhirnya, perintah pembunuhan itu gagal dilakukan dan semuanya berujung dibui.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Si pembunuh bayaran yang mendapat bayaran paling rendah, memutuskan untuk memalsukan kematian target pembunuhan. Dia bahkan bekerja sama dengan target pembunuhan, yang kemudian melapor ke polisi.
Kasus ini berawal ketika seorang pengembang real-estate bernama Tan Youhui menghubungi seorang pembunuh bayaran pada Oktober 2013, dengan perintah untuk menghabisi nyawa rival bisnisnya yang bermarga Wei. Diketahui bahwa Wei mengajukan gugatan hukum terhadap perusahaan Tan terkait pertikaian sebuah proyek pembangunan.
Si pembunuh bayaran, yang bernama Xi Guangan, menerima bayaran 2 juta Yuan (Rp 3,9 miliar) untuk membunuh Wei. Xi mengambil uang itu namun dia meneruskan tugas pembunuhan ke seorang pembunuh bayaran lainnya yang bernama Mo Tianxiang. Separuh dari uang bayaran diambil oleh Xi dan dia menawarkan bayaran 1 juta Yuan (Rp 1,9 miliar) kepada Mo.
Mo yang juga enggan melakukan perintah pembunuhan, meneruskannya kepada seorang pembunuh bayaran lainnya bernama Yang Kangsheng. Sama halnya dengan Xi, Mo juga memotong uang bayaran itu dan hanya menjanjikan 770 ribu Yuan (Rp 1,5 miliar) untuk Yang jika dia berhasil melakukan pembunuhan itu.
Tak jauh berbeda dari yang lain, Yang juga memotong uang bayaran itu dan meneruskan tugas pembunuhan ke pembunuh bayaran keempat yang bernama Yang Guangsheng. Uang bayaran yang ditawarkan ke Yang Guangsheng turun menjadi 700 ribu Yuan (Rp 1,4 miliar). Tidak disebut lebih lanjut oleh pengadilan apakah kedua Yang ini saling berkaitan atau memiliki hubungan keluarga karena marganya sama.
Alur meneruskan tugas ke orang lain ini berlangsung selama enam bulan, hingga akhirnya mencapai pembunuh bayaran kelima yang bernama Ling Xiansi. Saat itu, Ling hanya ditawari bayaran sebesar 100 ribu Yuan (Rp 198 juta) untuk membunuh Wei.
Sama seperti yang lain, Ling juga enggan melakukan pembunuhan. Disebutkan bahwa dia merasa bayaran 100 ribu Yuan tak setara dengan hukuman penjara seumur hidup jika dia tertangkap. Ling lantas memutuskan untuk menemui target pembunuhan dan menawarkan untuk membantu memalsukan kematiannya.
Wei sepakat dengan tawaran Ling. Sejumlah foto diambil untuk menunjukkan Wei diikat dan disekap sebelum dibunuh. Ling kemudian melaporkan 'kesuksesannya' menjalankan tugas pembunuhan itu, hingga kabar itu sampai ke Tan yang memerintahkan pembunuhan. Yang tidak disadari, Wei melaporkan upaya pembunuhan kepada polisi. Dalam sidang, Wei mengaku bertemu si pembunuh bayaran di sebuah kafe dan setuju difoto dalam kondisi disekap dan diikat.
Total enam orang yang terdiri dari Tan dan lima pembunuh bayaran ditangkap. Tan dijatuhi vonis lima tahun penjara karena memerintahkan tindak pembunuhan, sedangkan lima orang lainnya divonis antara 2-4 tahun penjara atas percobaan pembunuhan.
Kasus ini memancing perdebatan secara online di China. Beberapa netizen membandingkan kasus ini dengan praktik outsourcing yang marak dalam industri konstruksi di negara tersebut, yang seringkali dikritik karena meningkatkan pembangunan gedung dengan kualitas buruk.
"Bahkan para pembunuh di China memahami pentingnya subkontrak dalam pekerjaan mereka," tulis seorang pengguna Weibo, semacam Twitter di China. "Inilah sifat asli bisnis," tulis pengguna Weibo lainnya.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini