"Ini memang berat. Tapi saya sudah ngomong ke Pak Kapolres untuk menangkap otaknya (geng)," kata Risma di Balai Kota Surabaya, Senin (14/10/2019).
Menurut Risma, anak-anak dan remaja tersebut tidak ingin terlibat tawuran. Namun karena adanya intimidasi, mereka akhirnya mau bergabung dalam geng. Pengakuan tersebut Risma dengar saat mengumpulkan mereka di Mall Pelayanan Publik, Siola, Kamis (10/10).
"Sebetulnya mereka tidak mau. Tapi takut, karena mereka diancam akhirnya mereka gabung. Makanya kemarin saya minta untuk dicari otaknya ini siapa," imbuh Risma.
Berdasarkan hasil penelusuran pihak kepolisian. Risma menyampaikan bahwa dalam ponsel anak-anak yang dimediasi di Siola, terdapat sebuah grup WhatsApp yang di dalamnya ada oknum menjual senjata.
"Seseorang itu ternyata penjual sajam. Sekali lagi ini bukan sederhana tawuran antargeng, tapi juga intimidasi dan yang kedua ada bisnis itu tadi (sajam)," lanjut Risma.
Risma menegaskan, masalah ini harus ditangani secara intensif. Pihaknya akan berkoordinasi dengan Polrestabes Surabaya untuk menyelesaikan masalah ini.
"Ini harus ditangani secara intensif. Saya akan menghadap Pak Kapolres untuk ngomong soal ini secara intensif," pungkas Risma.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini