"Jadi pas Subuh tadi, Iwan ini tiba-tiba azan di masjid, terus puji-pujian (salawat). Terus mengumumkan kematian Pak Tumin. 'Tumin warga Jambearum Kidul sudah meninggal, semoga diampuni sama Allah aku Iwan minta maaf ke semua saudaraku di Jambearum'," ujar Elis Suprihatin, tetangga korban menirukan ucapan pelaku, Rabu (9/10/2019).
Elis menggantikan sementara posisi Ketua RT setempat, Tiami yang sedang sakit. Ia menyampaikan, setelah mengumumkan kematian korban, pelaku salat subuh berjamaah.
"Terus membawa gendang miliknya itu ditabuh-tabuh di depan masjid. Sambil teriak-teriak kayak orang stres. Selanjutnya ke polsek menyerahkan diri itu," imbuh Elis.
Menurut Elis, Iwan dikenal sopan dan baik. "Sopan Iwan itu, baik, tapi kalau berbuat onar di luaran sana. Contohnya terakhir kemarin sore di kampung sebelah," katanya.
"Kalau mabuk, bukan minuman. Tapi ngepil itu. Jadi kayak gitu itu, stres kayak orang mabuk. Minum bir gak punya uang dia. Pernah dulu dihukum (penjara) dan ini baru bebas. Kalau korbannya dulu hanya luka dibacok, tapi yang sekarang meninggal itu," sambungnya.
Senada dengan yang disampaikan Elis, sang suami Sumarno mengaku mengenal Iwan. Perilaku Iwan terkadang dikenal sok jagoan.
"Tapi memang kayak jagoan gitu, kemana-mana bawa parang dan warga ya takut meskipun dia baik menyapa orangnya," katanya.
Iwan diduga memiliki kelainan perilaku. Karena selain suka mengkonsumsi pil koplo, ia juga sudah lama tidak diperhatikan ibunya yang saat ini bekerja di Jakarta. Untuk latar belakang pendidikan, pelaku putus sekolah saat kelas 3 SD. Ia hanya tinggal sendiri, bertetanggaan dengan pamannya yang sakit-sakitan.
"Mungkin Iwan ini depresi atau stres karena tinggal sendiri. Ibunya kerja di Jakarta, menikah lagi dan terakhir informasinya barusan cerai. Terus terakhir pulang ke Jember waktu Iwan masuk penjara dulu. Hingga saat ini masih belum pulang lagi," kata Sumarno.
Terkait perilaku Iwan yang suka mengkonsumsi pil, menurut Sukarno sudah berlangsung lama. "Tapi sejak kapan tepatnya saya tidak tahu. Mabuknya dan kayak orang stres itu karena ngepil itu," katanya.
Sementara itu terkait bagaimana latar belakang korban, lanjut Sumarno, Tumin dikenal orang yang baik dan sejak lama kerja sebagai waker atau penjaga malam di SPBU. Selain itu, Tumin juga mengenal pelaku yang membunuhnya.
"Pak Tumin itu sering cangkruk di depan pom (SPBU) saat kerja jadi waker. Srawung orangnya. Bahkan Iwan itu (pelaku) sering diberi uang dan dinasehati, lek mabuk ojok nang kene yo le (kalau mabuk jangan di sini ya nak)," katanya.
Jenazah korban sendiri sudah dimakamkan di pemakaman umum desa setempat. Tumin dimakamkan setelah jenazahnya divisum di RSUD Balung, Jember.
Halaman 2 dari 3
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini