"Jika kulit rajungan dibiarkan menumpuk akan membusuk dan menimbulkan bau tidak sedap, menyebabkan lingkungan tidak sehat dan berpotensi mengundang penyakit," kata Eri Widianto, Ketua Tim PPTTG Unsika kepada detikcom di Karawang, Rabu (9/10/2019).
Industri rajungan kupas di wilayah Kecamatan Cilamaya Kulon memang menjamur. Bahkan jadi salahsatu unggulan Kabupaten Karawang. Pantauan detikcom, di Desa Sukajaya misalnya, terdapat puluhan rumah yang mengolah daging rajungan menjadi makanan kaleng. Komoditi itu diekspor ke berbagai negara seperti Amerika Serikat, Cina, Jepang, Hongkong, Korea Selatan, Taiwan, Malaysia dan negara-negara di kawasan Eropa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Berangkat dari hal itu, Eri dan timnya menciptakan mesin yang bisa mengubah cangkang rajungan menjadi tepung untuk dibuat menjadi berbagai produk olahan.
"Kami ingin membantu masyarakat mengubah permasalahan yang ada menjadi sebuah inovasi yang bernilai jual tinggi. Jika sudah menjadi serbuk, gunungan limbah rajungan di sekitar sini bisa berkurang," kata Eri.
Mesin crusher (penghancur) ini, kata Eri, bisa menghancurkan kulit rajungan yang keras menjadi tepung. Selanjutnya, tepung diproses secara kimia menjadi produk kitosan serta turunannya.
"Misalnya, sabun anti bakteri alami, nutrisi pakan ikan, pengawet makanan alami, kitosan dan produk-produk turunannya," ucap Eri.
Ia berharap, program itu dapat memberdayakan masyarakat Desa Sukajaya, Kecamatan Cilamaya Kulon dalam mengatasi permasalahan limbah rajungan. Alat yang dikembangkan berupa corong dari logam yang dihubungkan dengan chamber atau penampung. Penampung itu lalu terhubung dengan pisau otomatis bertekanan tinggi. Sumber energinya, berasal dari listrik atau solar.
![]() |
Hammer berputar pada suatu sumbu atau poros dibantu dengan hammer statis untuk menghancurkan cangkang dengan lebih cepat. Sehingga, cangkang rajungan hancur menjadi partikel-partikel yang lebih kecil sesuai ukuran saringan.
"Cangkang rajungan dapat dihancurkan menjadi partikel-partikel yang lebih kecil dengan waktu yang lebih singkat, tidak menghabiskan banyak tenaga manusia dan hasilnya pun lebih halus," ujar Eri.
Eri melakukan pengembangan alat dan mendapat dana pengembangan dari Program Direktorat Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi.
"Harapannya, setelah menjadi tepung halus, kulit rajungan bisa diolah menjadi berbagai produk yang bernilai ekonomis," ucap Eri.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini