Madiun - Isak tangis mewarnai upacara Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Kresek, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun. Sepasang suami-istri asal Bantul, DIY, mengikuti upacara untuk mencari pembuktian bahwa mereka merupakan keturunan korban
PKI di Madiun.
Pasangan suami-istri itu adalah Yanto Eko Cahyono dan Puji Sartomartuti. Mereka tinggal di Desa Tirtonirmolo, Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul. Mereka datang untuk mencari makam dan data tentang kakeknya, Inspektur Polisi Suparbak.
"Kalau ceritanya dari bapak saya. Kakek saya itu komandan kepolisian di Madiun. Cerita yang saya terima, kakek saya itu membawa motor Harley-Davidson dan menyerempet pagar rumah tokoh PKI," ujar Yanto kepada wartawan di Monumen Kresek, Selasa (1/10/2019).
"Habis itu, kakek saya dicari dan dibunuh. Rumahnya dibakar. Dan katanya kakek saya itu dibawa ke Kresek ini untuk dibunuh," imbuhnya.
Pria 52 tahun itu bercerita, kakeknya merupakan satu dari 17 korban keganasan PKI tahun 1948 di Desa Kresek. Saat ini nama Suparbak tertulis dalam prasasti daftar korban keganasan
PKI tahun 1948 yang ada di Monumen Kresek.
Pasutri itu rela menempuh jarak sekitar 140 kilometer ke Kresek untuk mencari fakta atau sejarah yang telah lama menghilang tentang kakeknya. Mereka berangkat dari rumah sejak Senin (30/9) sore dengan mengendarai sepeda motor.
"Saat ada geger-geger (keributan peristiwa PKI di Madiun), keluarga kakek saya diungsikan di Cepu. Keluarga hanya mendengar rumah di Madiun dibakar dan Suparbak meninggal dibunuh orang-orang PKI. Namun, selama ini makam dan apa pun yang berkaitan dengan kakek saya tidak pernah ada," tuturnya.
Dengan mata berkaca-kaca, Yanto mengaku telah berusaha mencari silsilah keluarganya. Kemudian pihak keluarga juga telah mencari keberadaan peninggalan-peninggalan terakhir serta makam Suparbak.
"Sejak tahun 1980, bapak dan paman-paman saya telah mencarinya. Tetapi makam dan berkas-berkas tentang Suparbak tidak pernah ditemukan," lanjutnya.
Dengan berseragam dinas, pria yang merupakan perangkat desa itu mengaku memiliki beberapa dokumen foto kakeknya saat masih muda dan masih menjabat di kepolisian Madiun. Namun saat data itu dicocokkan dengan data dari dinas catatan sipil, tidak ada kecocokan.
"Kami hanya berharap pemerintah bisa membantu untuk mencarikan data-data tentang kakek saya dan menemukan makam kakek saya," pungkasnya.
Pagi tadi, Yanto dan istrinya mengikuti upacara Hari Kesaktian Pancasila di Monumen Kresek. Upacara tersebut dipimpin langsung oleh Bupati Madiun H Ahmad Dawami.
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini