Keresahan tersebut kini tengah melanda keluarga Funa. Ia bersedih karena sang suami yang merantau di Wamena masih tertahan di pengungsian. Menurut Funa, suaminya Surawi tak memiliki uang untuk pulang kampung.
Funa bercerita, Surawi bekerja di Wamena sebagai kuli bangunan. Sang suami sudah merantau selama 3 bulan terakhir. Funa berharap pemerintah daerah membantu pemulangan suaminya ke kampung halaman.
Funa mengaku kebingungan mencukupi kebutuhan keluarganya dalam beberapa pekan terakhir. Sementara suami belum bisa pulang hingga saat ini.
"Saya harap pemerintah membantu pemulangan suami saya Pak. Saya sudah kebingungan untuk cari uang. Jangankan untuk biaya pulang suami, buat makan saja saya sampai ngutang. Anak juga tanya terus, tentang keadaan bapaknya," kata Funa kepada awak media sembari meneteskan air mata, Selasa (1/10/2019).
Lanjut Funa, jika di Probolinggo ia tinggal bersama 2 anaknya. Dan 1 anaknya lainnya, tengah mengenyam pendidikan di Pondok Pesantren. "Bingung mau cari uang kemana, karena biaya pulang dari Wamena ke Probolinggo cukup besar, sekitar Rp 4 Juta,"jelasnya.
Keresahan yang sama disampaikan Hasanah Warga Desa Jorongan lainnya. Hasanah juga mengaku bahwa suaminya tertahan di Wamena. Menurut Hasanah, suaminya Saiful Bahri, juga tertahan di Wamena karena tak memiliki uang untuk biaya pulang.
Apalagi saat ini kondisi kaki suaminya tengah terluka lantaran menginjak pecahan kaca saat kabur dalam kerusuhan di Wamena, pekan lalu. "Harapan saya sama, suami bisa pulang ke rumah. Karena kami sudah gak punya uang lagi," ujarnya.
Sementara Kepala Desa Jorongan, Masuni menyampaikan, jumlah warga Kecamatan Leces yang tertahan di Wamena diperkirakan lebih dari 300 orang. Jumlah tersebut diketahui setelah dirinya berkoordinasi dengan kepala desa lainnya yang ada di Kecamatan Leces.
"Kemungkinan lebih dari 300 orang kalo dari Kecamatan Leces, informasi sementara mereka masih bertahan di tempat pengungsian," kata Masuni.
Halaman 2 dari 2