Orator terus lantang mengomando peserta aksi untuk terus berteriak Revolusi. Massa tak begitu banyak dibandingkan demo pekan lalu.
"Revolusi ... Revolusi," teriak orator diikuti peserta aksi. "Revolusi atau mati," sahut orator, Senin (30/9/2019).
Teriakan revolusi terus menggema di sela-sela aksi para mahasiswa itu. Selain menilai bahwa reformasi telah dikorupsi. Mimbar bebas dibuka untuk memberikan kesempatan bagi mahasiswa secara bergiliran menyampaikan tuntutannya.
"Hancurkan oligarki dengan revolusi," ucap orator dari atas mobil komando.
Sementara itu, kelompok mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Rakyat untuk Demokrasi (ARD) lebih memilih menggelar aksi di lokasi berbeda.
Mereka memfokuskan aksi di depan gerbang sebelah utara gedung DPRD Kota Malang. Mereka meminta pencabutan RUU KUHP, Pertanahan, RUU Pemasyarakatan, RUU Keamanan, Perlindungan, Pekerja Rumah Tangga, serta mendesak Presiden Joko Widodo mengeluarkan Perppu pencabutan UU KPK dan Sumber Daya Air.
Para polwan berkerudung putih membagikan air mineral dan permen kepada pendemo. Permen dengan beragam rasa dibagikan polwan. Mereka menembus kerumunan massa yang tengah serius mendengarkan orasi. Mereka juga menjadi kelompok pertama yang menerima permen dan air mineral.
![]() |
Orator melalui pelantang suara sontak merespons agar polwan tidak masuk dalam barisan pendemo.
"Tolong, polisi jangan masuk ke barisan," ucap orator merespons aksi para polwan.
Tampak Kapolres Malang Kota AKBP Dony Alexander bersama Dandim 0833 Kota Malang Letkol (inf) Tommy Anderson turut membantu membagikan permen dan air mineral kepada pendemo.
Selesai membagikan permen dan air mineral terhadap pengunjuk rasa dari ARD, para polwan melanjutkan empatinya kepada kelompok pengunjuk rasa dari Front Rakyat Melawan Oligarki, yang memilih untuk memisahkan diri dalam aksinya depan DPRD Kota Malang.
Baca juga: Mahasiswa Demo Lagi di DPRD NTB |
Satu per satu mahasiswa diberi permen dan air mineral. Meski awalnya canggung, mahasiswa akhirnya merespons aksi simpati para polwan. Namun tak lama, orator tengah serius menyuarakan aspirasinya, mengkritik tindakan dari kepolisian.
"Jangan sampai terpancing, karena kita di sini untuk 'Hancurkan Oligarki', kita akan terus lantang bersuara bahwa Demokrasi Oligarki dan Reformasi Dikorupsi," teriak orator dari massa aksi Front Rakyat Melawan Oligarki.
"Kita bukan massa bayaran, kita di sini memang untuk menyuarakan jika DPRD produk oligarki yang harus dihancurkan," sahut orator diikuti tepuk tangan peserta aksi.
Para polwan berkerudung putih itu sebelum berbaris di balik kawat berduri, untuk bersama-sama melantunkan Asmaul Husna menyambut kehadiran para pendemo.
Hingga pukul 12.00 WIB, dua kelompok mahasiswa itu tetap memilih terpisah dalam menggelar aksi.
Gedung DPRD Kalsel Kembali Digeruduk Mahasiswa!:
(fat/fat)