Sementara di sela acara diskusi, ada salah satu mahasiswa yang bertanya terkait pemimpin pengganti Risma nantinya. Pertanyaan ini terkait bagaimana Surabaya lima tahun ke depan usai ditinggal Risma.
Risma pun menjawab hal ini dengan santai. Dia mengaku tak keberatan dengan pertanyaan kritis mahasiswa tersebut. Risma menambahkan pemimpin setelahnya nanti harus orang yang mau mendengar rakyat. Karena, banyak permasalahan yang baru diketahui dari mendengarkan langsung.
"Ya memang iya, pemimpin itu kan mendengar, enggak bisa kalau tidak seperti itu kan. Kita kan nggak tahu apa yang jadi masalaha dia. Aku dulu ndak membayangkan kalau banjir, dia sampai ngomong dia tidak bisa kaya karena banjir terus, makanya aku konsentrasi bagaimana menyelesaikan banjir," kata Risma di Busan Indonesia Center, Minggu (29/9/2019).
Tak hanya itu, Risma mengingatkan jika jabatan sebagai pimpinan harusnya tidak diminta atau direbut. Karena, jika seseorang meminta menjadi pemimpin dan merasa dirinya mampu, Tuhan akan memberikan cobaan yang lebih besar.
"Emang iya tidak boleh di agama, tidak boleh (diminta). Aku dulu pernah waktu ke Mesir, Bu ini ada bahwa pemimpin harus direbut. Tapi siapa yang bilang kayak gitu? Kalau kita merebut jadi maksudnya, dianu, kalau Tuhan ngasih, kamu mampu terus dicoba sama Tuhan gimana?," kata Risma.
"Kan (Kalau merebut) berarti merasa dirinya mampu. Kalau dicoba ya cobaannya medeni (menakutkan) naudzubilillah. Karena yang merasakan loh rakyatnya, kasihan itu, medeni tenan," imbuhnya.
Namun, dalam menanggapi pertanyaan tersebut, Risma mengaku cukup santai. Dia telah memikirkan jawaban-jawaban terbaik bagi mahasiswa yang kritis tersebut.
"Semua wes tak pikir kok, semua sudah dipikir. Nggak mungkin aku gawe sesuatu tanpa pikiran, jadi makanya kalau ditanya pasti aku bisa jawab, semua wes tak pikir," pungkasnya.
Simak Video "Pesona Museum Olahraga Seoul yang Menginspirasi Risma"
(hil/iwd)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini