Pencabutan Grounded Boeing 737 MAX Tergantung Masing-masing Negara

Pencabutan Grounded Boeing 737 MAX Tergantung Masing-masing Negara

Novi Christiastuti - detikNews
Selasa, 24 Sep 2019 10:15 WIB
Ilustrasi -- Puluhan pesawat Boeing 737 MAX yang di-grounded (REUTERS/Lindsey Wasson)
Washington DC - Otoritas Penerbangan Federal Amerika Serikat (AS) atau FAA menyatakan masih belum memiliki kerangka kerja untuk mencabut grounded terhadap Boeing 737 MAX. FAA menyebut semuanya bergantung pada setiap negara untuk memutuskan kapan Boeing 737 MAX yang bermasalah, boleh mengudara kembali.

Seperti dilansir AFP, Selasa (24/9/2019), Boeing 737 MAX di-grounded sejak Maret lalu setelah dua tragedi maut, yakni Lion Air JT 610 dan Ethiopian Airlines ET 302, yang menewaskan total 346 orang. Boeing tengah mengupayakan perbaikan pada sistem pengendalian penerbangan yang diduga berkontribusi pada dua kecelakaan tersebut. FAA kemudian akan melakukan pemeriksaan sebelum memberikan sertifikasi kepada Boeing 737 MAX untuk bisa kembali terbang.

"Prioritas pertama kami adalah keselamatan, dan kami belum menetapkan kerangka waktu soal kapan upaya tersebut akan diselesaikan," sebut FAA dalam pernyataannya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Setiap pemerintah akan mengambil keputusan sendiri untuk mengembalikan pesawat itu (Boeing 737 MAX) ke layanan, berdasarkan penilaian keselamatan yang menyeluruh," imbuh FAA.

Pernyataan FAA ini dirilis setelah digelar pertemuan antar regulator penerbangan internasional di Kanada beberapa waktu lalu. Di sisi lain, pernyataan FAA ini menyoroti kurangnya konsensus di antara para regulator penerbangan soal kapan Boeing 737 MAX diperbolehkan mengudara kembali.

Secara terpisah, seorang juru bicara Boeing menyatakan pihaknya 'senang untuk bisa bertemu regulator penerbangan global dan akan terus memberikan informasi juga semua upaya yang dilakukan demi kembali mengudaranya 737 MAX dengan aman'.

Boeing sebelumnya mengharapkan agar persetujuan untuk kembali mengudaranya Boeing 737 MAX akan dirilis pada awal kuartal keempat tahun ini. Saat hadir dalam konferensi finansial pada 11 September lalu, CEO Boeing, Dennis Muilenburg, masih berpegang pada kerangka waktu itu dan menyatakan bahwa 'ungrounding (pencabutan grounded) secara bertahap' menjadi hasil yang paling mungkin.


Saat kembali ditanya pada Senin (23/9) waktu setempat, juru bicara Boeing menegaskan tidak ada informasi baru soal kerangka waktu.

Regulator penerbangan AS dipandang sebagai yang pertama bertindak, namun para pejabat FAA berulang kali mengatakan bahwa mereka ingin agar regulator-regulator penerbangan lain mengikuti dengan cepat. Namun sejumlah regulator penerbangan lainnya seperti Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa menyampaikan kekhawatiran soal Boeing 737 MAX dan mengisyaratkan mendukung pelatihan simulator untuk pilot -- hal yang dianggap tidak perlu oleh FAA.

Administrator FAA, Steve Dickson, menuturkan bahwa dirinya berencana untuk secara pribadi menerbangkan sendiri Boeing 737 MAX sebelum memberikan persetujuan untuk kembali mengudaranya pesawat jenis tersebut.

"Saat Anda mengambil keputusan Anda sendiri soal kembalinya MAX ke layanan, kami akan terus memberitahukan kepada Anda soal semua hal yang kami pelajari, semua hal yang kami lakukan dan semua bantuan kami," ucap Dickson dalam pernyataan FAA itu.


Sementara itu, pada Senin (23/9) waktu setempat, sebuah badan dana bantuan yang dibentuk untuk korban tragedi Boeing 737 MAX, secara resmi mulai beroperasi. Badan yang dikelola oleh pengacara Kenneth Feinberg itu akan memberikan bantuan sebesar US$ 144.500 (Rp 2 miliar) bagi setiap keluarga korban dari total 345 orang yang tewas dalam tragedi Lion Air dan Ethiopian Airlines.

"Partisipan dalam dana bantuan ini tidak akan diwajibkan untuk melepaskan hak untuk litigasi sebagai syarat partisipasi. Dana ini terpisah dan terpisah dari litigasi semacam itu. Dana ini murni sukarela; tidak ada satupun individu yang diwajibkan berpartisipasi," tegas Feinberg.

Halaman 2 dari 3
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads