"Di situ kan dijelaskan, saya Soejanto Tjahjono tidak memberi komen apapun terhadap masalah yang Wall Street Journal itu. Saya juga nggak tahu, di situ kan ditulis itu saya nggak memberi komentar apapun terhadap urusan itu. Jadi saya juga nggak tahu kenapa dia menulis seperti itu. Sumber datanya seperti apa, saya nggak tau juga," ujar Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono, saat dihubungi, Senin (23/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menanggapi hal itu, Soerjanto menyebut tidak tahu menahu soal data yang dirilis WSJ. Dia mengatakan apa yang telah dipublikasi menjadi tanggung jawab media AS tersebut.
"Intinya saya tidak tahu menahu apa yang dikeluarkan Wall Street Journal, saya tidak ingin juga nanggepin itu, itu tanggung jawabnya Wall Street Journal sendiri," tuturnya.
Hasil penyelidikan KNKt sendiri akan dipublikasi awal November. Final report penyelidikan itu akan dijabarkan dalam jumpa pers.
"Mungkin awal Oktober atau awal November. Kita lihat saja di final reportnya," jelas Soerjanto.
Sebelumnya, pesawat Lion Air tipe Boeng 737 Max dengan nomor penerbangan JT610 jatuh ke laut pada 29 Oktober 2018 sesaat setelah lepas landas. Seluruh 189 penumpang dan awak pesawat tewas dalam kecelakaan itu.
Penyelidikan kecelakaan Boeing 737 Max dipusatkan pada sistem anti-stall yang disebut Maneuvering Characteristics Augmentation System (MCAS) yang dirancang khusus untuk 737 MAX. Sistem itu secara otomatis mengambil alih pengendalian pesawat untuk mencegah hidung pesawat terangkat terlalu tinggi dalam kecepatan terlalu rendah, yang akan mengakibatkan pesawat jatuh. Sistem secara otomatis akan menukikkan hidung pesawat ke bawah dan menambah kecepatan.
WSJ menulis, temuan penyelidik Indonesia sudah dibagikan kepada Administrasi AS, FAA, dan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional, NTSB. Para pejabat AS dijadwalkan mengunjungi Indonesia pada akhir September untuk membahas laporan tersebut.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini