"Mohon maaf sebelumnya saya apabila ada kekurangan dalam mengatakan, saya meminta maaf sebesar-besarnya. Saya melakukan tirakat tapa pendhem ngulang selama 10 kali, penutupan ini," kata Mbah Pani berbahasa Jawa kepada wartawan, Jumat (20/9/2019) malam.
"Saya, Alhamdulillah sudah didukung oleh pak Lurah dan perangkatnya, juga pak kepolisian kapolsek, koramil, polres dan semuanya, sudah ikut mendukung saya melakukan tapa pendhem di rumah saya ini," lanjut dia.
Mbah Pani mengaku dukungan dari para warga dan seluruh pihak yang terkait, mulai dari Pemerintah Desa, kepolisian, TNI sampai tim medis, turut menjadi penyumbang kekuatan baginya menjalani ritual tapa pendhem tersebut.
"Saya sudah dikuatkan selama 5 hari 5 malam, sampai kuat sampai diangkat sampai sekarang," imbuhnya.
Ia mengaku usai menjalani ritual tapa pendhem selama 5 hari 5 malam, kondisi fisiknya saat ini masih lemas. Ia pun menyebut kepalanya sakit, sehingga belum dapat memberikan keterangan secara panjang kepada awak media.
![]() |
"Apabila nanti ada keterangan-keterangan lagi, saya belum bisa memberikan komentar karena kekuatan saya saat ini baru sebatas ini," katanya.
"Nanti akan saya jawab setelah kondisi saya pulih, kepala saya masih sakit. Apabila saya sudah fit, sudah kuat, saya siap melaksanakan pembicaraan dengan teman-teman semua," paparnya.
Rumah Mbah Pani yang berada di Desa Bendar RT 3/Ww 1 Kecamatan Juwana, Pati sejak Jum'at (20/9) siang sampai malam ini masih terus dipadati oleh para tamu. Baik warga setempat ataupun tamu dari luar daerah.
Oleh tim medis puskesmas, Mbah Pani dinyatakan dalam kondisi sehat dan normal. Namun demikian, Mbah Pani mengaku masih lemas dan belum bisa menerima tamu banyak.
"Mbah Pani saat ini perlu istirahat sebentar. Nanti rencananya baru dibuka silaturahmi dengan warga setelah manakiban," jelas Joko Wiyono, adik ipar Mbah Pani.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini