Koordinator Tagana Brebes, Basuki Asmoro menjelaskan, pekerjaan yang bisa dilakukan relawan adalah berusaha melokalisir api agar tidak merembet ke tempat lain. Caranya dengan membuat semacam parit agar api tidak meluas.
"Relawan kami fokus melakukan lokalisir api. Untuk memadamkannya kami rasa tidak mungkin karena banyak bara api dari dahan pohon," ucapnya saat di temui di posko Kaliwadas Desa Dawuhan Kecamatan Sirampok, Brebes.
Tanu Hadi, salah seorang relawan yang sejak awal terjun ke lokasi kebakaran mengungkapkan, kontur hutan Gunung Slamet berbeda dengan Gunung Merbabu. Selain banyak jurang, Gunung Slamet merupakan hutan basah yang banyak ditumbuhi semak belukar. Sedangkan di Merbabu dipenuhi vegetasi sabana atau padang rumput.
"Tumpukan sampah dari semak yang kering ini mencapai 70-100 cm. Kondisi hutan disini juga terjal dan sulit dijangkau. Ini berbeda dengan Merbabu yang dipenuhi sabana dan landai, sehingga bisa dilakukan pemadaman siang dan malam," kata Tanu Hadi.
Dengan banyaknya tumpukan sampah ini, pergerakan api sulit terdeteksi. Selain itu para relawan berisiko terjebak di tengah kebakaran.
"Di atas semak tampak belum terbakar, tapi sebenarnya di bawah sampah itu sudah ada bara api," terang Tanu.
Sementara, hingga hari ini, pergerakan api sudah masuk wilayah Banyumas. Keterangan yang disampaikan Wakil Administratur Perhutani KPH Balapulang, Suhartanto. Ia menyebut untuk wilayah Brebes dan Tegal luasan lahan yang masih terbakar tersisa 2,5 hektare (Brebes) dan 1,5 hektare (Tegal).
"Pada Kamis sore kemarin api sudah meluas ke selatan masuk wilayah Banyumas. Sebelumnya wilayah Brebes luasan yang terbakat 15 hektare kini tinggal 2,5 hektare. Tegal yang semula 5 hektar sekarang tersisa tinggal 1,5 hektare," ungkap Suhartanto.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini