Seperti dilansir Reuters dan AFP, Kamis (19/9/2019), dalam beberapa pekan terakhir, Indonesia, Malaysia dan Singapura terus diselimuti kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang awalnya dipicu oleh aksi pembersihan lahan untuk perkebunan.
Masalah karhutla sudah menjadi persoalan tahunan saat musim kemarau tiba. Reuters menyebut karhutla tahun ini merupakan yang terparah sejak tahun 2015 dan memicu kekhawatiran atas maraknya kebakaran hutan secara global yang memperburuk pemanasan global.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih dari 2 ribu sekolah di berbagai wilayah Malaysia diliburkan akibat kabut asap. Sama halnya dengan ratusan sekolah di Sumatra dan Kalimantan yang menjadi lokasi titik api karhutla.
Kabut asap pekat juga turut menyelimuti wilayah Singapura yang berbatasan dengan Indonesia dan Malaysia. Situasinya semakin buruk dalam beberapa hari terakhir bahkan hingga memicu kekhawatiran bahwa kabut asap akan mempengaruhi balapan Formula One yang digelar di Singapura pada akhir pekan nanti.
Otoritas dari negara-negara Asia Tenggara yang tergabung dalam ASEAN telah berjuang sejak lama untuk mengatasi bencana kabut asap ini. Negara-negara ASEAN diketahui telah menandatangani sebuah kesepakatan dan menggelar pertemuan rutin, namun tampaknya tidak berdampak banyak.
Menteri Lingkungan Malaysia, Yeo Bee Yin, mengisyaratkan akan kembali mendorong jalur diplomasi untuk mencari solusi bagi situasi krisis yang selalu terulang selama lebih dari dua dekade terakhir.
"Saya akan menggelar conference call dengan Sekretaris Jenderal ASEAN untuk menyampaikan pandangan kami dan kami harap akan ada mekanisme yang lebih efektif di level ASEAN agar kita bisa bekerja sama untuk mencari solusi jangka panjang untuk mengatasi persoalan ini," ucap Yeo Bee Yin kepada wartawan.
Negara-negara ASEAN telah menyusun rencana aksi untuk mengatasi kabut asap tahun 1997 silam, namun Malaysia menganggap upaya yang dilakukan ASEAN tidak cukup untuk membawa kepada solusi jangka panjang.
Disebutkan Yeo Bee Yin bahwa Malaysia telah mengambil sejumlah langkah untuk mengatasi situasi krisis, termasuk memicu hujan buatan. Dia juga menyebut Malaysia bisa saja memberlakukan aturan hukum baru untuk menindak perusahaan-perusahaannya yang bertanggung jawab atas kebakaran hutan dan lahan.
Namun, lanjut Yeo Bee Yin, hanya kerja sama internasional yang bisa memberikan solusi jangka panjang untuk bencana kabut asap.
"Hujan buatan hanyalah sementara. Sebuah aturan hukum di sini hanya akan mengurusi perusahaan Malaysia. Apa yang kita butuhkan adalah kerja sama internasional demi solusi jangka panjang," tandasnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini