Ramalan ini tentu saja bukan keluar dari ahli nujum zaman kiwari yang sering muncul dadakan di media sosial untuk jadi eksis. Ramalan ini sudah ada berabad tahun yang lalu dan hidup dalam cerita turun-temurun Suku Paser.
Informasi terkait ramalan ini pertama kali kami dapat dari Kepala Dinas Kominfo PPU, Budi Santoso. Dia mengatakan pernah mendengar soal ramalan Ibu kota baru di PPU.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk membuktikannya Tim Jelajah Ibu Kota Baru detikcom pun menemui dengan Paidah Riansyah (42) selaku Ketua Laskar Pertahanan Adat Penajam Paser Utara di kediamannya, di Kelurahan Petung.
Paidah mulanya menjelaskan bahwa Suku Paser merupakan penduduk asli Penajam Paser Utara. Bahkan, Paidah meyakini Suku Paser merupakan suku yang tertua di Pulau Kalimantan. Meskipun begitu, Paidah tidak bisa membuktikkan klaim tersebut lantaran minimnya bukti otentik terkait keberadaan Suku Paser pertama.
Baca juga: Cerita di Gerbang Masuk Pelabuhan Penajam |
Paidah hanya berpedoman pada hikayat kuno Suku Paser yang dikenal dengan nama Sempuri. Walaupun begitu, Paidah menjelaskan bahwa Suku Paser pernah disebut dalam kitab Negarakertagama.
"Paser itu tercatat di Kitab Negarakertagama karya Mpu Prapanaca yang ditulis pada abad keempat belas. Di situ disebut Paser dikatakan sebagai taklukkan Majapahit," tuturnya.
Saat detikcom menelusuri isi Kitab Negara Kertagama versi terjemahan (terbitan Cetta Media), ada satu kalimat yang mengindikasikan soal Paser di situ, yakni disebut sebagai Pasir. Itu dijelaskan pada bagian penjelasan rincian 'Negara bawahan', tepatnya di Pupuh 14. Berikut bunyinya:
Kandandangan, Landa, Samadang dan Tirem tak terlupakan. Sedu, Barune (ng), Kalka, Saludung, Solor dan juga Pasir. Barito, Sawaku, Tabalung, ikut juga Tanjung Kutei. Malano tetap yang terpenting di pulau Tanjungpura.
Kembali ke penuturan Paidah, dia membenarkan soal adanya ramalan terkait kehadiran Ibu kota baru di PPU. Dia mengatakan bahwa ramalan tersebut ada dalam Sempuri yang terus diceritakan secara turun-temurun.
![]() |
Dia berkisah, ramalan itu mulanya berasal dari delapan penggawa Paser yang mendapatkan perlengkapan kerajaan dan bingkisan rahasia dari orang Malimunan. Dalam bahasa Banjar, Malimunan artinya adalah gaib.
Delapan penggawa tersebut lantas disumpah agar tak membuka bingkisan selama perjalanan. Dari delapan penggawa itu, tujuh di antaranya melanggar sumpah. Lantas, penggawa terakhirlah yang berhasil menjaga bingkisan tersebut. Bingkisan inilah yang dipercaya membawa peradaban besar bagi Penajam Paser Utara.
"Lewat bingkisan itu, konon Paser ini akan jadi negeri besar yang terakhir. Nah inilah yang sekarang dikaitkan dengan pemindahan Ibu kota baru. Tapi, wallahu a'lam," ujarnya.
Halaman 2 dari 2
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini