"Materi yang disampaikan adalah sosialisasi empat pilar. Tapi masyarakat dengan antusias mengikutinya, karena bagi mereka, sosialisasi melalui pagelaran wayang adalah hiburan yang jarang ditemukan," kata Alimin dalam keterangan tertulis, Minggu (15/9/2019).
Menurut Alimin sosialisasi dengan metode wayang kulit, sangat mudah diterima oleh masyarakat. Bahkan sosialisasi dengan wayang kulit adalah metode yang secara langsung bersentuhan dengan masyarakat. Sebab terhibur, masyarakat pun rela mengikuti acara tersebut meski harus begadang hingga pagi hari.
"Ke depan MPR harus dapat menambah porsi sosialisasi melalui wayang kulit. Metode ini jelas langsung berhubungan dengan masyarakat. Masyarakat terhibur, tujuan sosialisasi juga tercapai," katanya.
Selain menghibur, kata Alimin metode sosialisasi melalui wayang kulit juga memiliki makna yang sangat dalam. Karena turut menjaga dan melestarikan warisan seni-budaya yang ditinggalkan nenek moyang.
Sementara itu, Kepala Biro Humas MPR Siti Fauziah menyampaikan terima kasih karena apresiasi dan partisipasi masyarakat yang sangat besar dalam mendukung kegiatan wayang. Ia mengaku penonton pada acara tersebut merupakan salah satu yang terbesar, dalam perhelatan wayang yang pernah diselenggarakan selama ini.
"Saya dengar, terakhir di sini ada wayang pada 2011, semoga kegiatan ini bisa menghapus kerinduan masyarakat terhadap seni wayang. Selain itu, masyarakat juga bisa memberikan tontonan serta tuntunan tentang nilai Empat Pilar," terangnya. (mul/mpr)