"Saya juga berharap ke kader muda, saya bicara untuk memberikan ruang anak muda artinya dengan anak muda masuk, kita harus merubah tata cara berbasis IT, berbasis digital, Kalau kita mengubah aturan tapi kalau tidak mengubah ke digital ya akan ditinggal anak muda," kata Junaidi dalam diskusi 'AD/ART sebagai Landasan dan Fondasi Utama Partai Golkar' di Posko Pemenangan Bambang Soesatyo, Jalan HOS Cokroaminoto, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (13/9/2019).
Junaidi memperkirakan lima tahun ke depan 48 persen pemilih berasal dari kaum milenial. Karena itu, menurutnya, Ketua Umum Golkar ke depan harus concern terhadap keberadaan kaum milenial.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menilai kepemimpinan ketua umum yang sekarang belum memberikan ruang kepada kalangan milenial. Padahal, dalam masa transisi Golkar seperti ini harusnya ketua umum partai lebih memberikan ruang kepada kader-kadernya.
"Seharusnya menurut saya Golkar ini kan partai yang di mana yang saat ini masa transisi. Seharusnya ketua umum memberikan ruang jauh ke depan untuk mengelola partai. Sebagai contoh rapat pengurus paling tinggi itu pleno di samping rapat-rapat yang lain. Pleno minimun 1 kali dalam 2 bulan. Pleno setiap bulan nggak masalah. Pleno itu nama, yang penting agendanya isu di masyarakat atau tren masyarakat yang terjadi apa yang akan kadang kan bisa dibahas. Kalau sering rapat di situ partai hadir dalam masyarakat," ujarnya.
Menurutnya, faktor kaum milenial ini penting bagi eksistensi Golkar ke depan. Dia pun berkaca pada PSI sebagai partai baru yang mayoritas kaum muda berbasis pada IT.
"Saya katakan apalagi sekarang kita tahu perubahan yang terjadi itu milenial. Kemarin Pak Jokowi waktu di nikahan anaknya Bamsoet. Ada 39 persen milenial dan memberi ke PSI partai anak muda, baru muncul langsung 2 persen, terlihat di Jakarta kita kalah, mereka 8 kursi kita 6 kursi. Karena dia basis ke anak muda dan yang berbasis ke IT," tuturnya. (ibh/idh)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini