Salah seorang anggota BPBD Iwan Supriatna menceritakan pengalamannya selama menyalurkan bantuan air bersih ke pelosok Ciamis. Dari bolak-balik mengangkut air menggunakan truk tangki hingga menjelajahi perkampungan sampai tengah malam.
Bahkan sempat beberapa kali kena marah warga lantaran tak kebagian jatah air bersih. Sempat juga ada warga yang marah sambil menenteng golok karena ingin mendapatkan jatah air bersih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Iwan, warga rata-rata belum paham dengan bantuan air bersih tersebut. Tujuan air tersebut hanya untuk keperluan minum dan memasak. Tapi warga menginginkan air tersebut untuk keperluan mandi juga, sampai meminta jatah lebih. Padahal jatahnya itu dua ember besar saja.
"Air bersih ini hanya untuk keperluan memasak dan minum. Karena terbatas, satu tangki hanya 5.000 liter, sedangkan yang membutuhkan banyak," jelasnya.
Hal lain dialami Fauzi, anggota BPBD Ciamis lainnya, yang pernah mendistribusikan air sampai malam hari. Tangki pengangkut air harus berjalan dari satu titik ke titik berikutnya karena ember warga tak dikumpulkan di satu lokasi.
![]() |
"Warga menyimpan ember di depan rumah masing-masing di sepanjang jalan, sehingga truk tangki harus maju perlahan, sedikit-sedikit, kemudian berhenti untuk menurunkan air. Jadi prosesnya cukup lama," ungkapnya.
Kondisi tersebut banyak ditemukan di beberapa lokasi. Namun ada juga warga yang sudah tertib, berkumpul di satu titik, sehingga memudahkan dan mempercepat penyaluran bantuan air bersih.
Dalam mendistribusikan air bersih, anggota BPBD juga kerap mendapat tantangan ketika mengirim air ke lokasi yang cukup jauh. Menghadapi jalan terjal, tanjakan panjang dan sempit, bahkan sebagian jalan rusak ditemui di beberapa pelosok.
"Memang, saat mengirim bantuan air bersih, kami didampingi oleh pegawai desa setempat supaya bantuan tepat sasaran dan langsung ke lokasi yang membutuhkan," terangnya.
Baca juga: Jejak Habibie di SMAK Dago Bandung |
Sementara itu, Kepala Bidang Darurat Logistik BPBD Kabupaten Ciamis Ani Supiani menyatakan musim kemarau tahun 2019 kondisinya cukup memprihatinkan. Setiap hari permohonan bantuan air mencapai 30 ribu liter.
Namun sejauh ini masih bisa tertangani, dengan banyaknya pihak, baik instansi, BUMD, BUMN, maupun swasta, yang ikut mendistribusikan air bersih.
"Kami ada data daerah yang kekurangan air bersih dan sudah dilalukan pengecekan. Sebaiknya satu pintu, sehingga distribusi air tepat sasaran," pungkasnya. (ern/tro)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini