Bekas bangunan yang terlihat muncul misalnya sumur, kamar mandi, pondasi rumah, atau tungku kayu. Sementara infrastruktur yang terlihat lantaran air menyusut adalah bekas jembatan kereta api dan jalur lama penghubung antardesa.
![]() |
Kemunculan bekas bangunan itu tersebar di Kecamatan Nguntoronadi, Baturetno, Wuryantoro, Eromoko, maupun Wonogiri. Kemunculan hanya terjadi saat kemarau mencapai puncaknya.
"Selain masa itu, bekas peninggalan warga yang bertransmigrasi itu akan tenggelam," kata Kabag Humas Pemkab Wonogiri, Haryanto, Selasa (10/9/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk informasi, pembangunan WGM memakan waktu selama lima tahun. Terhitung sejak 1976 hingga 1981.
![]() |
Luas genangan WGM lebih dari 8.800 hektare. Untuk membentuk genangan seluas itu daerah yang harus ditenggelamkan sekitar 90 kilometer persegi. Terdiri atas 51 desa di 7 buah kecamatan waktu itu.
Sedangkan total penduduk yang sebelumnya menempati desa tersebut adalah 12.525 kepala keluarga (KK) atau 68.778 jiwa. Sebagian besar warga saat itu mengikuti program pemerintah bernama 'bedol desa' untuk bertransmigrasi di di berbagai daerah di Sumatera.
![]() |
Lokasi tujuan para transmigran diantaranya Sitiung (Sumatera Barat), Jujuhan, Rimbo Bujang dan Alai Ilir, serta Peminang di Jambi. Selanjutnya Air Lais, Sebelar, Katahun, Ipuh (Bengkulu) dan Panggang, Baturaja (Sumatera Selatan).
Simak juga video Kemarau Panjang, Debit Air Sungai di Jakarta Surut:
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini