Tradisi Pasar Tambak, Yang Muncul Sekali Setahun di Sragen

Tradisi Pasar Tambak, Yang Muncul Sekali Setahun di Sragen

Andika Tarmy - detikNews
Jumat, 06 Sep 2019 02:49 WIB
Foto: Andika Tarmy/detikcom
Sragen - Ada tradisi yang cukup menarik di Dukuh Tambak, Desa Sribit, Kecamatan Sidoharjo, Kabupaten Sragen. Tiap malam Jumat Wage, pada minggu pertama Bulan Suro, masyarakat sekitar berbondong-bondong ke tanah lapang di pojok desa. Di hari itulah, tanah lapang yang biasanya sepi ini berubah menjadi pasar yang ramai bahkan hingga malam hari.

Pasar Tambak, begitu warga menyebutnya. Pasar ini terbilang unik, karena hanya muncul satu kali dalam setahun. Barang-barang yang diperdagangkan di pasar ini pun cukup menarik, yakni peralatan dapur, peternakan dan pertanian. Tak kurang 20 pedagang yang mayoritas warga Dukuh Tambak, turut menjual dagangannya di pasar setahun sekali ini.
Tradisi Pasar Tambak, Yang Muncul Sekali Setahun di SragenFoto: Andika Tarmy/detikcom

Para pedagang menempati los dari bambu beratap seng yang didirikan di sekeliling lokasi. Berbagai barang yang dijual, yang jadi primadona bagi para pembeli adalah cambuk serta pancang dari batang bambu, yang biasa digunakan untuk memelihara ternak. Barang lainnya yang dijual adalah mata cangkul, sabit, serta berbagai macam peralatan dapur yang terbuat dari anyaman bambu, yang oleh warga lazim disebut tenggok dan tumbu. Ada juga beruk, wadah takaran beras jaman dulu yang terbuat dari tempurung kelapa.

"Dengan cambuk dan pancang yang dibeli dari Pasar Tambak, dipercaya ternak akan sehat dan punya keturunan banyak. Tapi itu bukan berarti barang lain tidak laku, karena semua yang dijual diyakini membawa tuah," ujar Sutarno, warga Dukuh Tambak yang mengaku berjualan tiap tahun di Pasar Tambak, saat ditemui detikcom di lokasi, Kamis (5/9/2019).

Menurut warga, tradisi Pasar Tambak ini sudah dilakukan turun temurun sejak jaman nenek moyang. Ada beberapa versi asal-usul tradisi Pasar Tambak ini. Warga menyebut, asal usul Pasar Tambak tidak lepas dari aliran Sungai Bengawan Solo yang dipercaya warga pernah mengalir di sebelah desa mereka. Suatu hari, ada seorang pangeran yang singgah ke Dukuh Tambak, karena kehabisan persediaan saat mengarungi Sungai Bengawan Solo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lalu pangeran tersebut memanggil penduduk dan membeli bahan makanan, jual-beli pun berlangsung hingga timbul pasar. Tradisi ini terus dilestarikan, terutama pada malam Jumat Wage di Bulan Suro. Oleh warga, sekarang tradisi ini ditambah dengan kirab budaya dari balai Desa Sribit hingga Pasar Tambak," terang tokoh masyarakat Desa Sribit, Sutaryo.

Dalam kirab ini, lanjut Sutaryo, warga yang menggunakan berbagai macam kostum yang menarik, mengusung dua buah gunungan berisi peralatan dapur dan hasil bumi. Sesampainya di Pasar Tambak, warga menggelar doa bersama sebelum berebut gunungan. (bgk/bgs)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads