Menjelang pukul 00.00 WIB, Minggu (1/9/2019), kirab dimulai. Kerbau bule berada di barisan paling depan kemudian diikuti para abdidalem yang membawa pusaka.
Kirab berlangsung penuh khidmat. Para peserta diwajibkan untuk diam selama berjalan melintasi rute kirab sepanjang 7 kilometer.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Adapun rute kirab yang ditempuh ialah keraton ke arah utara sampai simpang empat Bank Indonesia. Kemudian melewati Jalan Mayor Kusmanto, Jalan Kapten Mulyadi, Jalan Veteran, Jalan Yos Sudarso, Jalan Slamet Riyadi, kemudian kembali ke keraton.
![]() |
Pengageng Parentah Keraton Kasunanan Surakarta, KGPH Dipokusumo, menjelaskan bahwa pergantian tahun ke Wawu 1953 ini digunakan sebagai introspeksi.
"Selama bulan Suro diharapkan masyarakat selalu eling lan waspada dalam menjalani hidup. Selalu ingat kepada Tuhan dan meninggalkan hal buruk yang pernah dilakukan setahun sebelumnya.
Sedangkan adanya kerbau dalam kirab ini menyimbolkan masyarakat tradisional yang agraris. Kerbau, kata Dipo, tidak dapat lepas dari keraton.
"Kerbau adalah salah satu bagian yang tidak bisa lepas dari masyarakat tradisional, karena digunakan untuk transportasi, membajak sawah. Keraton banyak mengadopsi kata kerbau dalam banyak hal, seperti tradisi mahesa lawung," tutupnya (bai/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini