Terima Pin Kehormatan Lemhannas, Puan Bicara Budaya Asing-Pancasila

Terima Pin Kehormatan Lemhannas, Puan Bicara Budaya Asing-Pancasila

Ibnu Hariyanto - detikNews
Kamis, 05 Sep 2019 13:28 WIB
Foto: Puan Maharani di acara penganugerahaan Lemhanas (Ibnu-detik)
Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Puan Maharani menerima penganugerahan Pin Tanda Alumni Kehormatan Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) RI. Puan menyinggung soal bangsa yang menghargai jati diri dan nilai luhur budayanya.

Hal tersebut disampaikan Puan dalam orasi ilmiah yang bertajuk 'Peran Kedutaan di Era Disrupsi untuk Membentuk Manusia Indonesia Seutuhnya' di Aula Gadjah Mada Lemhannas, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (5/9/2019). Puan menyampaikan optimismenya jika budaya Indonesia akan menjadi tuan di negeri sendiri.

"Berkepribadian dalam kebudayaan Indonesia, berarti manusia dan budaya Indonesia yang menghormati nilai luhur budaya bangsa, memahami akar kepribadian bangsa, serta sebagai bangsa yang ramah, toleran, religius dan gotong royong," ujar Puan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Berkepribadian budaya Indonesia, kata Puan, tidak lantas menjadikan rakyat Indonesia antibudaya asing. Sejalan dengan itu, kebudayaan nasional menurut Puan juga tidak menghilangkan identitas budaya daerah.

"Berkepribadian dalam budaya Indonesia, tidak berarti kita antibudaya asing. Kita tidak dapat mengisolasi diri dari pengaruh budaya asing. Akan tetapi kepribadian bangsa yang kuat, maka budaya asing dapat disaring dan dilarutkan ke dalam budaya nasional," tuturnya.

"Kepribadian nasional juga tidak menghilangkan identitas budaya daerah. Karena seluruh kebudayaan di Indonesia memiliki satu benang merah yang sama, yaitu budaya ketuhanan, budaya beramal, budaya kebersamaan, budaya musyawarah, budaya berbagi, yang dapat diperas menjadi satu, yakni gotong royong," lanjut dia.



Dalam orasinya, Puan juga menyinggung soal Pancasila yang menjadi pemersatu beragam suku, budaya, bahasa, dan agama di Indonesia. Puan juga bicara soal ancaman dari perilaku intoleran.

"Memperkuat budaya inklusif, toleran, dan ber-bhinneka tunggal ika merupakan syarat yang diperlukan dalam membangun Indonesia yang penuh keberagaman. Kini kita berhadapan dengan ancaman ya g berasal dari perilaku intoleran dan politik identitas yang sektarian, yang menentang penghormatan pada lambang negara, keinsafan akan Pancasila sebagai dasar hidup bangsa serta apresiasi terhadap keanekaragaman budaya bangsa," tuturnya.

Menurut Puan, hal itu menjadi ancaman serius bagi eksistensi persatuan di Indonesia. Puan mengatakan Pancasila dan keislaman di Indonesia juga dipertentangkan.

"Akhir-akhir ini juga, Pancasila dan keislaman seperti dipertentangkan. Padahal Pancasila yang di dalamnya mengandung unsur-unsur keislaman dan kebangsaan adalah laksana dua rel kereta api yang jika keduanya berdampingan dengan kokoh, akan dapat mengantarkan NKRI dengan segenap rakyatnya yang majemuk," ucap Puan.



"Baik dari aspek suku, agama, ras, etnis, dan antargolongan sampai pada tujuannya, yaitu suatu tatanan masyarakat adil dan makmur, serta bahagia lahir batin melalui pembangunan spiritual dan material secara seimbang," sambungnya.

Lebih lanjut, Puan mengatakan jalan kebudayaan perlu diambil untuk mengatasi ancaman besar tersebut. Menurutnya, interakasi antarbudaya perlu dibangun untuk menghapus berbagai prasangka.

"Untuk mengatasi ancaman besar itu, kita perlu ambil jalan kebudayaan. Kita perlu memperkuat interaksi antarbudaya di Indonesia, untuk menghapus eksklusifisme dari berbagai prasangka antarkelompok budaya," pungkasnya.
Halaman 2 dari 2
(ibh/rvk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads