Kakorlantas Usul Gerakan Disiplin Seperti Era Soeharto demi Kurangi Kecelakaan

Kakorlantas Usul Gerakan Disiplin Seperti Era Soeharto demi Kurangi Kecelakaan

Farih Maulana Sidik - detikNews
Kamis, 05 Sep 2019 12:05 WIB
Kakorlantas Irjen Refdi (Farih Maulana/detikcom)
Jakarta - Kakorlantas Polri Irjen Refdi Andri bicara tentang jumlah pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang disebutnya masih tinggi di Indonesia. Refdi pun mengusulkan ada gerakan disiplin seperti era Presiden Soeharto untuk mengurangi kecelakaan lalu lintas.

Refdi awalnya bicara tentang jumlah pelanggaran lalu lintas yang terjadi di Indonesia. Dia juga mengatakan kecelakaan lalu lintas tiap tahunnya tidak kurang dari 100 ribu kecelakaan.

"Kalau kita cermati dari tahun ke tahun pelanggaran yang dikumpulkan kira-kira jumlahnya 8-9 juta pelanggaran. Itu yang ditindak oleh petugas. Demikian juga kecelakaan lalu lintas, kecelakaan dari tahun ke tahun tidak kurang dari 100 ribu jumlah kecelakaan lalu lintas seluruh lalu lintas. Dengan jumlah korban meninggal dunia hampir 30 orang demikian juga luka berat luka, ringan dan kerugian-kerugian lain," ujar Refdi dalam Workshop Smart SIM di gedung NTMC, Jl MT Haryono, Jakarta Selatan, Kamis (5/9/2019).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT



Dia mengatakan tingginya jumlah kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas menjadi PR bersama. Dia menyebut pelanggaran paling banyak dilakukan orang-orang yang belum memiliki SIM sehingga harus ada suatu cara untuk melakukan pencatatan agar bisa menindak para pelanggar lalu lintas.

"Sebaiknya ada sistem bagaimana kita mencatat pelanggaran orang-orang yang belum memiliki SIM, belum memiliki KTP. Yang dimiliki hanya STNK dan kendaraan. Bagaimana mencatatnya? Mungkin bisa menemukan atau mengadakan suatu alat yang simple setiap ada yang melakukan pelanggaran yang tidak ada identitas yang kita ambil adalah sidik jarinya yang tersimpan dalam server kita. Ketika yang bersangkutan akan membuat SIM tentu akan ada koneksi dengan Dukcapil," ujarnya.

Dia juga menyarankan ada gerakan disiplin nasional, seperti era Presiden Soeharto, yang nantinya akan dibuat dalam satu hari tertib nasional. Pada hari itu, ditargetkan tidak ada pelanggaran apapun yang terjadi sehingga tidak ada kecelakaan.

"Saya menyarankan ada gerakan disiplin nasional seperti zaman Pak Harto dulu. Ditentukan harinya, bahwa tanggal sekian bulan sekian adalah hari tertib nasional atau apapun namanya. Sehingga energi kita akan mengarah pada hari itu, kalau perlu di hari itu tidak ada pelanggaran apapun yang terjadi. Kalau perlu satu hari itu kita canangkan kita tetapkan tidak ada satu pun kecelakaan, caranya seperti apa? Nantinya cari caranya, mungkin di hari itu tidak ada kendaraan yang turun ke jalan. Mungkin ada cara lain, hari itu dinyatakan libur, masyarakat hanya boleh menggunakan sepeda dan berjalan kaki," tuturnya.
Refdi berharap gerakan itu bisa dilakukan di semua provinsi. Nantinya, lokasi gerakan disiplin itu akan dilakukan di titik-titik yang ditentukan.

"Alangkah baiknya semua gerakan itu bisa dilakukan di semua provinsi, semua kita dan kabupaten kita tentukan lokasi mana yang akan kita garap dan dilakukan secara serentak. Ketika itu bisa dilakukan tentu Indonesia bisa menjadi tertib setidaknya mungkin bisa 500 pasar bisa ditertibkan, 500 penggal jalan tertentu itu bisa kita tertibkan," tuturnya.

Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads