Desa dengan jumlah Kepala Keluarga (KK) sekitar 2.276 KK sejak lama memang tidak memiliki sumur. Bukan karena warga tidak mau membuat sumur, namun daerah tersebut memang tidak memiliki sumber air.
"Memang di sini tidak tersedia sumber air. Sudah banyak warga yang pernah membuat sumur tapi tidak keluar air. Bahkan beberapa tahun lalu, ada yang ngebor sumur hingga kedalaman 120 meter keluarnya lumpur kuning," ujar Kadus I Desa Karangbale, Sulaiman, Sabtu (31/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun saat musim kemarau seperti ini, air menjadi barang langka. Warga mau tidak mau harus mengeluarkan ongkos untuk membeli air. Setiap tangki ukuran 500 liter, harus mengeluarkan uang Rp 50 ribu atau ukuran jeriken dengan harga Rp 1.000 sampai Rp 2.000 tiap jeriken.
"Kalau tidak ada bantuan terpaksa beli. Ada yang beli satu tangki Rp 50 ribu atau eceran pakai jeriken," kata salah satu warga, Wasiroh (53).
Kebutuhan air untuk keperluan harian cukup lumayan banyak. Bantuan air yang diterima warga hanya untuk satu hari. Mengingat air yang mereka terima dipakai untuk semua keperluan termasuk mandi dan cuci.
"Tidak hanya untuk minum dan masak. Air bantuan ini ya dipakai untuk nyuci dan mandi. Soalnya di sini sama sekali tidak ada air," tutur Wasiroh.
Kebutuhan air harian untuk semua aktivitas jumlahnya bervariasi tergantung jumlah keluarga. Untuk keluarga dengan jumlah 4 sampai 6 orang, sehari-harinya butuh 5 jeriken ukuran 30 liter. Mereka harus irit dalam menggunakan air yang ada.
"Karena memang kondisinya tidak ada sumber air sehingga berapapun banyak bantuan air selalu kekurangan," ujar Dasirin.
BPBD memetakan ada 41 desa di 14 kecamatan di Brebes yang terdampak musim kemarau. Warga di daerah tersebut sejak awal Juli 2019 lalu mengalami kekurangan air bersih.
Namun droping air bersih ini terkendala minimnya armada angkutan truk tangki. Akibatnya banyak desa yang belum mendapatkan air. Hingga akhir Agustus ini, bantuan air baru menjangkau di 27 desa di delapan kecamatan. Itu sudah termasuk bantuan dari PMI, Polres Brebes, Pramuka dan lainnya.
"Kami hanya punya satu armada truk tangki. Setiap hari droping dua kali kadang satu kali tergantung jaraknya. Jadi baru bisa menjangkau 27 desa di delapan kecamatan," kata Dasirin.
Dijelaskan Dasirin, masih banyak desa yang terkena dampak kekeringan dan belum mendapatkan bantuan. Mengingat dalam sehari BPBD hanya mampu melakukan droping maksimal dua kali.
"Kalau jarak lokasi dekat bisa sampai dua kali. Tapi kau jauh paling sehari sekali," terangnya.
Sementara, jumlah bantuan air yang sudah tersalurkan baik dari BPBD maupun pihak lain hingga akhir Agustus ini mencapai 533.500 liter. BPBD berharap, pihak pihak lain ikut peduli dalam membantu mengatasi kekurangan air bersih.
Tonton video Tak Pernah Kering, Sumur Tangkolo Dipercaya Sembuhkan Anak Nakal:
(skm/skm)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini