Bukti Artefak 'Bicara' Sriwijaya Bukan Perompak

Round-Up

Bukti Artefak 'Bicara' Sriwijaya Bukan Perompak

Tim detikcom - detikNews
Kamis, 29 Agu 2019 21:19 WIB
Foto: Peninggalan-peninggalan Kerajaan Sriwijaya (Raja Adil Siregar/detikcom)
Jakarta - Pernyataan kontroversial Ridwan Saidi soal Sriwijaya kerajaan fiktif dan bajak laut dipatahkan oleh bukti artefak. Ada artefak dan situs Candi yang bisa jadi bukti keberadaan Kerajaan Sriwijaya.

Sebagaimana diketahui, awalnya ucapan Ridwan Saidi perihal Kerajaan Sriwijaya fiktif itu terekam dalam video berdurasi 15 menit. Ucapan Ridwan Saidi itu merupakan jawaban atas pertanyaan dari Vasco Ruseimy yang sedang mewawancarainya.

"Sriwijaya ini kan kerajaan fiktif. Itu kan bajak laut yang berpangkalan di Koromandel," ujar Saidi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT


"Tapi kan ada bukti-bukti sejarahnya?" tanya Vasco.

"Tidak ada. Semuanya dongeng. Nggak ada jejaknya. Jadi kirim pasukan Palembang. Bukan Sriwijaya. Itu waktu sudah kesultanan Palembang. Digebahlah Patih Terengganu ini," jawab Saidi tegas.

Namun pada akhirnya, sejumlah artefak sejarah bicara. Pantauan detikcom, Kamis (29/8/2019) di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II Palembang terdapat dua bukti bahwa kerajaan Sriwijaya itu ada. Bukti pertama berupa Arca Ganesha.

Arca Ganesha merupakan salah satu dewa panutan agama hindu. Dalam suatu bangunan candi biasanya sering sekali ditemukan. Arca ini ditemukan di daerah Pagaralam yang terbuat dari batu andesit.

"Arca Ganesha ini salah satu bukti kalau Kerajaan Sriwijaya itu ada. Ini bukti nyata yang bisa kita lihat," terang Tourist Guide Museum SMB II Abisofyan saat ditemui di lokasi, Kamis (29/8/2019).

Arca Ganesha, kata Abi, memiliki tinggi 175 cm dan lebar 110 cm ditemukan di halaman penduduk saat akan menggali tanah untuk pondasi rumah.


Arca digambarkan duduk bersila dengan tangan empat. Dua tangannya diketahui memegang tasbih dan kapak. Belalainya mengarah ke kiri dan sudah diperkirakan berasal dari abad ke-9 Masehi.

Selain arca Ganesha, ada pula Prasasti Kedukan Bukit. Batu ini ditemukan di daerah 35 Ilir Kota Palembang dan ditulis menggunakan bahasa Melayu kuno dan aksara Pallawa.

Prasasti yang ada di Museum SMB II ini bukanlah prasasti asli melainkan hanya duplikat. Sebab prasasti asli ada di Museum Nasional di Jakarta. Namun yang ada di musemum ini sama persis seperti aslinya.

"Ini duplikat, yang asli diselamatkan di Museum Jakarta biar tidak hilang. Tapi ini adalah bukti Kerajaan Sriwijaya juga," kata Abi.


Abi menyebut masih banyak lagi bukti-bukti sejarah Kerajaan Sriwijaya di Sumatera Selatan. Namun kondisinya tersebar di beberapa daerah, seperti di Pagaralam, Pali, Musi Rawas, Lahan hingga Jambi dan Riau.

Tak hanya berupa artefak saja, eksistensi kerajaan Sriwijaya ini pun bisa dibuktikan oleh keberadaan candi. Merujuk pada tulisan berjudul 'Keberagaman Masyarakat dan Toleransi Beragama dalam Sejarah Kerajaan Sriwijaya karya Kabib Sholeh, disebutkan bahwa salah satu situs peninggalan Kerajaan Sriwijaya adalah candi Bumiayu. Candi ini terletak di Desa Bumiayu, Kecamatan Tanah Abang, Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir, Sumsel.


Keberadaan candi Bumiayu ini dinilai sebagai bukti keberagaman masyarakat pada era Kerajaan Sriwijaya. Nilai toleransi ini digambarkan dalam situs candi Bumiayu yang bercorak hindu.

"Sriwijaya sangat menjunjung tinggi toleransi beragama seperti yang digambarkan pada situs candi Bumiayu yang bercorak Hindu, datang dan menetapnya para pedagang Muslim di Sriwijaya, sampai Sriwijaya mengirimkan surat kepada bani Umayah untuk meminta dikirimkannya seorang mubaleq sebagai penasehat ra
Halaman 2 dari 3
(rdp/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads