Menteri Luar Negeri (Menlu) Australia Marise Payne mendesak pemerintah Beijing untuk menegakkan standar dasar keadilan terkait penahanan akademisi pro-demokrasi bernama Yang Hengjun tersebut.
Payne mengatakan, dirinya sangat prihatin karena warga Australia kelahiran China itu telah ditangkap atas "kecurigaan spionase".
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yang ditahan sekembalinya ke China dari Amerika Serikat pada Januari lalu. Pria berumur 50-an tahun itu, diketahui menggunakan blognya yang populer dan postingan-postingan di media sosial untuk mengkritik pemerintah China. Di Twitter, dia memiliki lebih dari 125 ribu pengikut.
Selama berbulan-bulan ini, pengacara maupun keluarga Yang tidak diberikan izin oleh otoritas China untuk menghubungi Yang.
Dalam pernyataannya, Payne mengatakan bahwa dirinya telah lima kali membahas penahanan Yang dengan Menlu China, Wang Yi, baik secara langsung maupun via surat-surat.
"Dr Yang telah ditahan di Beijing dalam kondisi yang sulit tanpa dakwaan selama lebih dari tujuh bulan," ujar Payne.
"Sejak saat itu, China tidak menjelaskan alasan penahanan Dr Yang, ataupun memberikan dia akses ke pengacaranya ataupun kunjungan keluarganya," imbuhnya.
"Kami berharap standar dasar keadilan dan prosedur keadilan terpenuhi," katanya. "Jika Dr Yang ditahan karena keyakinan politiknya, maka dia harus dibebaskan," tandasnya.
Yang merupakan yang terbaru dari serangkaian warga asing yang ditangkap di China dan dituduh dengan spionase atau mencoba mencuri rahasia negara. Sebelumnya, dua warga Kanada, yakni mantan diplomat Michael Kovrig dan pengusaha Michael Spavor, ditangkap pada Desember 2018 lalu.
Tonton juga video Detik-detik Pria Tikam Wanita di Sydney Diburu Massa:
(ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini