"Tadi sudah kami jelaskan apa yang terjadi. Ini ada tiga kejadian, tanggal 15 (Agustus). Lalu tanggal 16 (Agustus) itu yang melibatkan massa," kata Luki di Surabaya, Kamis (22/8/2019).
Luki menambahkan adanya massa yang cukup besar kembali terjadi pada 17 Agustus. "Nah, yang diketahui di sana itu tanggal 17 juga ada kekuatan massa yang besar," imbuhnya.
Sebelumnya, pada 16 Agustus, Luki mengatakan, pihaknya telah berada di lokasi untuk menjaga keamanan. Saat itu, polisi dibantu TNI menjaga agar massa hingga ormas yang datang tidak merangsek masuk. Saat itu ketegangan mulai mereda sekitar pukul 21.00 WIB.
"Jadi memang tanggal 16 itu kami aparat dari TNI dan Polri memang menjaga masyarakat ormas dan yang lain untuk tidak masuk ke tempat asrama dan itu selesai jam 21.00 WIB," imbuhnya.
Luki juga menampik kabar hoaks di media sosial yang menyebut saat itu terjadi pengepungan AMP selama 24 jam penuh. Luki menegaskan pada Jumat (16/8) massa mulai mendatangi AMP sekitar pukul 13.00 WIB dan situasi telah kondusif pada pukul 21.00 WIB.
"Setelah itu tidak ada kegiatan, tidak ada pengepungan. Nah, ini yang beredar bahwa asrama itu dikepung selama 24 jam lebih. Jadi ini semoga informasi ini bisa diluruskan. Kami sampaikan bahwa kejadian jam 13.00 WIB siang hingga sore massa bertambah banyak, lalu jam 21.00 WIB mereka kembali dan sudah tidak ada kegiatan," papar Luki.
Meski sudah tidak ada massa, Luki menceritakan, pihaknya masih berada di lokasi untuk mengamankan mahasiswa di AMP. Lalu ada yang mengirim makanan.
"Hanya ada petugas dan kita mengamankan warga Papua yang ada di sana. Bahkan pukul 01.00 WIB malam ada yang mengirim makanan. Kami juga memeriksa hingga jangan sampai ada hal-hal yang tidak diinginkan. Setelah kami periksa, makanan tersebut memang permintaan dan tidak ada masalah, kita persilakan masuk. Ini langkah-langkah kami yang kami lakukan terkait berita yang simpang siur," jelasnya.
Sementara itu, Luki menambahkan di media sosial banyak kabar yang beredar terkait apa yang terjadi di AMP. Untuk itu, Luki meminta masyarakat tidak mudah percaya dan bersabar menunggu hasil penyidikan polisi.
"Dampak dari itu terkait di media sosial ini kami sedang mendalami tentang adanya rasis dan yang lain-lain karena ini digital, kami butuh waktu untuk pemeriksaan. Namun pemeriksaan bendera, kami terus mencari terkait siapa yang memasang dan siapa yang merusak," pungkasnya.
Rombongan Fadli Zon Ditolak Mahasiswa Papua:
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini