"Kuncinya pariwisata ada di toilet dan kamar mandi. Jadi gunakan dana desa untuk bikin toilet umum supaya wisatawan nyaman," ujar Eko dalam keterangannya, Selasa (20/8/2019).
Selain toilet, Eko juga mengatakan bahwa desa wisata juga perlu memikirkan homestay untuk bermalam para wisatawan. Tak perlu biaya mahal, menurutnya, desa wisata dapat membuat penginapan dengan konsep outdoor seperti tenda.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lebih lanjut Eko menjelaskan bahwa model-model wisata seperti itu dapat memberikan pendapatan kepada desa tanpa membutuhkan biaya yang mahal. Menurutnya, yang paling penting adalah konsep wisata harus matang dan konsisten. Misalnya terdapat desa yang konsisten dengan wisata tari kecak, maka wisatawan akan berbondong-bondong datang ke desa tersebut hanya untuk melihat tarian kecak.
"Desa-desa terpencil misalnya bisa bikin bioskop desa, karena di desa-desa terpencil belum ada bioskop. Kalau di Bali kan sudah banyak bioskop," tuturnya.
Selain itu, Eko juga mengatakan bahwa berhasilnya pengembangan desa wisata dipengaruhi oleh kualitas sumber daya manusia pengelolanya. Menurutnya, penting bagi desa untuk mengikuti berbagai pelatihan-pelatihan terkait pengelolaan desa wisata.
"Kalau setiap desa bisa menciptakan keunikan-keunikan sendiri, saya yakin desa-desa wisata bisa cepat berkembang," ungkapnya.
Eko mengucapkan hal tersebut saat membuka Pelatihan Desa Wisata Angkatan XII, XIII, dan Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa Angkatan X di Balai Latihan Masyarakat Denpasar, Bali, pada Senin (19/8/2019).
Untuk mengetahui informasi lainnya dari Kemendes PDTT klik di sini. (ega/ega)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini