Salah satu warga, Muhammad Arifin (25) mengaku membeli 10 galon air isi ulang. Air ini digunakan untuk mandi dan mencuci.
"Setiap hari saya habiskan kira-kira Rp 30 ribu untuk beli air. Beli air pagi dan sore. Tiap hari saya beli air isi ulang 10 galon dari awal Juli sampai sekarang," kata Arifin saat ditemui, Selasa (13/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
"Pada 2018 kemarin memang krisis air juga, tapi tidak separah sekarang. Tahun lalu, kekeringan dari Juli sampai pertengahan Agustus saja. Nah di tahun ini, kekeringan dari tiga bulan kemarin sampai hari ini. Penyebabnya karena musim kemarau," ujar Arif.
Sementara itu, Ketua RT 05, Zunaedi menyebut warganya memang masih menggunakan air sumur.
"Belum pada memakai air PAM. Sepengetahuan saya, sulit mau pakai PAM karena aksesnya susah. Warga di sini termasuk saya, mau dapat air bersih harus minta ke tetangga atau beli air," kata Zunaedi.
Di wilayahnya ada 92 KK, 57 KK di antaranya mengalami krisis air sumur. Sedangkan sisanya, masih memiliki air namun sedikit dan keruh.
Karena krisis air, sebagian warga memanfaatkan air kali dekat permukiman untuk mencuci dan mandi. Tapi air kali yang digunakan juga keruh.
"Sebagian malas ke kali karena jauh. Aliran airnya juga kecil karena musim kemarau. Mau ambil air di kali juga harus antre dan malas karena harus bolak balik menenteng ember berisi air. Jalan ke kali kan cuma bisa dengan berjalan, makanya banyak juga yang beli air daripada ke kali," tutur Zunaedi.
Zunaedi berharap pemkot memberi bantuan air secara berkala. Diakui Zunaedi petugas dari Pemkot sempat datang membawa dua tanki air.
Tonton Video Kemarau Tiba, Jokowi Minta Jajarannya Antisipasi Dampak Kekeringan:
(fdn/fdn)