Ketua Bidang Advokasi Hukum dan Humas Asosiasi Penyamak Kulit Indonesia (APKI) Garut Sukandar mengatakan terjadi peningkatan suplai bahan mentah setelah Idul Adha.
"Setiap tahun, setelah Idul Adha, memang pasokan kulit sangat banyak yang datang ke Sukaregang. Peningkatannya di atas 30 persen dibanding hari-hari biasa," ujar Sukandar kepada wartawan di Sukaregang, Garut Kota, Senin (12/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kulit terdiri atas domba dan kulit sapi," ucap Sukandar.
Melonjaknya pasokan kulit ternyata tak membuat para penyamak tertarik. Para penyamak tidak tertarik membeli kulit. Kalaupun dibeli, kulit dihargai sangat rendah.
"Kulit sapi sekarang paling Rp 8.000 per kilogram. Sedangkan kulit domba sekitar Rp 40 ribu per lembar," ujar Sukandar.
Sukandar menjelaskan, hal tersebut terjadi akibat pengaruh industri kerajinan kulit nasional yang kini sedang lesu. Banyak barang tiruan dari luar negeri yang menghancurkan produk kulit asal Garut di pasaran nasional.
"Banyak barang tiruan dari luar negeri. Itu yang membuat industri kulit saat ini sedang tidak bagus. Jadi penyamak tidak berani beli bahan mentah (kulit) banyak meskipun pasokan melimpah. Justru sekarang yang kebingungan itu yang jual kulit. Ke sini nggak diterima, ke sana nggak diterima," kata Sukandar.
Sukandar menambahkan, para penyamak kulit Sukaregang, Garut, berharap pemerintah mencari solusi agar industri kulit di Indonesia kembali menghasilkan keuntungan yang berlipat bagi para penyamak.
Tonton video Jagal di Cimahi Meninggal Saat Hendak Sembelih Hewan Kurban:
(ern/ern)