Dilansir AFP, Jumat (9/8/2019), perempuan eks-ISIS itu bernama Zalina Gabibulayeva (38), ibu dari lima anak. Di sekolah, dia mengajar tentang bahaya ekstremisme.
Republik Chechnya menerima Gabibulayeva. Saat ditemui AFP, dia mengenakan khimar (penutup aurat) bermotif macan tutul. Dia menjelaskan bahwa pengalamannya bisa berguna.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di sekolah, dia menjelaskan bagaimana ceritanya dia bisa terpikat propaganda ISIS dan akhirnya dia melarikan diri karena tak menemukan hal baik di ISIS.
"Kekejaman, horor... itu tak ada kaitannya dengan Islam," kata Gabibulayeva.
Ini adalah Rusia, sedangkan sebagian negara Barat justru melucuti kewarganegaraan anggota masyarakatnya yang bergabung dengan ISIS, ada pula yang melarang mereka untuk pulang. Namun Rusia secara aktif memulangkan perempuan dan anak-anaknya yang semula bergabung dengan ISIS, meski pemulangan itu sempat tertunda lebih dari setahun karena isu keamanan.
Kebanyakan warga Rusia yang direkrut ISIS berasal dari republik-republik berpenduduk mayoritas muslim yang berada di kawasan Kaukasus, seperti Chechnya ini.
Gabibulayeva sudah menjanda saat dia memutuskan pergi ke Suriah dengan anak-anaknya. Di Suriah, dia menikahi orang Makedonia setelah mengalami diskriminasi terhadap janda.
Kemudian mereka melarikan diri lewat Irak. Dalam pelarian, mereka ditangkap otoritas setempat dan dikirim ke kamp pengungsian, akhirnya dia dibawa pulang ke Rusia.
Analis yang duduk di dewan hak asasi manusia Chechnya, Kheda Saratova, menilai langkah yang diterapkan pemerintah kepada eks-ISIS seperti Gabibulayeva itu untuk menunjukkan bahwa eks-ISIS benar-benar tobat.
"Memang sangat sulit bagi perempuan untuk bicara tentang pengalamannya, namun kami membuat mereka mengerti bahwa ada jalan untuk menunjukkan pertobatannya," kata Saratova.
(dnu/haf)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini