Tantangan Yudian ini berangkat dari kekesalannya kepada Nasir yang menyebut profesor tua manfaatnya kecil untuk negara. Berang atas pernyataan itu, Yudian pun menantang Nasir untuk menunjukkan siapa di antara mereka yang terbaik di bidang akademi.
"(Apabila) jurnal saya dalam bidang masing-masing dengan Pak M Nasir itu kalah duluan tahunnya, dan jurnalnya kalah wibawa, dan hasilnya kalah pengaruhnya, saya turun dari rektor," katanya menggebu-gebu saat berpidato di depan wisudawan, Rabu (7/8/2019).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yudian melanjutkan, tantangannya kepada mantan Rektor Universitas Diponegoro tersebut bukan karena persoalan pribadi, melainkan karena persoalan bangsa. Dia mengaku tidak terima apabila seorang profesor yang telah berusia lanjut didiskreditkan oleh Nasir.
"Mari kita tes, saya sudah menerbitkan 53 terjemahan saja, gampang terjemahan saja kok, nggak dihitung itu di Kemenristekdikti. 53 (buku terjemahan) Arab, Inggris, Prancis," ungkapnya.
Yudian lalu mengingatkan kritik-mengritik di dunia akademi merupakan hal biasa. Dicontohkannya, sewaktu masih menjabat sebagai dekan, dia pernah turun ke jalan melakukan demonstrasi menentang kebijakan Menteri Agama saat itu, Suryadharma Ali.
"(Waktu itu) saya dekan. Ini struktural lo, dia (Suryadharma Ali) menteri bisa nyopot saya. Kalau kamu nyari di internet, paling masih ada file-nya itu. Menteri Agama saya demo itu karena bikin gelar kok bikin susah orang," tuturnya.
"Jadi kalau saya sekarang mengkritik Menristekdikti (M Nasir), biasa saja, kok," sebutnya. (ush/mbr)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini