Namun, di salah satu rumah warga tampak pemuda yang sibuk memilah-milah sampah bersama warga. Dia adalah Nanang Adi Wijaya. Tangannya dengan telaten memilah sampah rumah tangga, dia bedakan antara sampah organik dan anorganik.
"Kalau yang organik kan bisa dikubur, lumayan untuk menyuburkan tanah," ujarnya kepada detikcom, Senin (5/8/2019).
Sedangkan sampah anorganik, seperti plastik bekas bungkusan makanan dan minuman. Dia pilah dan dimasukkan ke kantong khusus untuk didaur ulang untuk dijadikan wadah pembibitan.
"Ini salah satu langkah kecil kami untuk mengatasi masalah sampah," terang dia.
Tidak hanya masalah sampah, Nanang sapaannya, juga memiliki semangat dalam mengembangkan pertanian di desanya. Seperti soal traktor, awalnya pada tahun 2009 petani di desanya menggunakan traktor dengan tenaga manusia. Sebab, sawah di lereng Ngrayun berbentuk terasering.
"Akhirnya saya bikin kelompok tani. Tahun 2013 baru dapat bantuan traktor dan bisa disewakan ke petani-petani di sini supaya lebih cepat membajak sawah," kata dia.
Usahanya tidak berhenti di situ, pria yang berusia 40 tahun ini juga memelopori pembibitan pohon. Dia melihat banyak sekali pembalakan pohon namun tidak dibarengi dengan pembibitan.
![]() |
"Selama musim hujan, tiap minggu selalu ada erosi di desa saya. Akhirnya saya kerjasama dengan pihak kehutanan untuk pembibitan yang dibagikan ke masyarakat. Ada jenis sengon dan jati merak, sekitar 30 ribu batang kami bagikan gratis," papar dia.
Pun juga untuk menambah penghasilan petani cengkeh yang merugi akibat serangan virus, Nanang berinisiatif mengganti cengkeh dengan kakao. Kakao dipilih karena memiliki daun lebat yang bisa digunakan untuk pakan kambing. Sedangkan buahnya, 3 tahun pertama sudah bisa dipanen.
"Buahnya pun tidak kenal musim, dulu ada 40 ribu batang kita bagikan ke masyarakat," imbuh dia.
Kemudian untuk warga yang menggantungkan hidupnya dari perkebunan, Nanang mengusulkan getah pinus. Per kilogram getah pinus laku Rp 8 ribu. Getah ini nantinya untuk diekspor.
"Karena pinus kayunya tidak bisa digunakan, hanya getahnya bisa seusia pohon 30 tahun," tukasnya.
Terakhir, Nanang berharap generasi penerus bisa terus memajukan desanya dengan potensi yang ada. Terutama dengan membuat kelompok, supaya keinginan masyarakat dan potensinya yang ada bisa dikelola maksimal.
Dari seluruh usahanya tersebut akhirnya Nanang mendapatkan Piala Kalpataru ketegori perintis lingkungan dari Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa di Kota Probolinggo beberapa waktu lalu.
"Berkat kelompok akhirnya bisa mudah untuk pengadaan fasilitas dan bantuan negara bisa mempermudah petani," pungkas dia. (fat/fat)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini