Melalui akun Twitter @malarea, Rea posting persoalan yang tengah dihadapi adiknya, Rahil Hamdani, sekitar pukul 12.05 WIB. Enam jam berselang, sudah ada 3.517 orang retweet posting-an itu dan 1.149 orang menyukainya.
"Twitter, please do your magic," tulis Handayani memberikan judul pada cuitannya itu, Rabu (31/7/2019).
Kemudian ia mulai menceritakan permasalahan yang tengah dihadapi sang adik. Sekaligus meminta bantuan warganet untuk retweet apa yang ia posting.
"Teman2, kalau boleh minta retweetnya, tolong bantu aku meminta kebaikan hati rektor @UMMcampus. Adikku baru saja sidang skripsi di semester 14 dengan IPK 3,32; sekarang malah terancam DROP OUT karena masalah administrasi," cuitnya.
Pada cuitan berikutnya, Rea menceritakan kronologi bagaimana sang adik bisa terancam drop out. Menurut Rea, semester ini merupakan kesempatan terakhir untuk Rahil bisa lulus.
"Kronologinya begini, adikku adalah mahasiswa Teknik Informatika di @UMMcampus angkatan 2012. Semester ini adalah kesempatan terakhirnya untuk bisa lulus, sudah 14 semester. Naasnya, adikku lupa menginput "skripsi" ke dalam KRS semester ini sehingga statusnya "non aktif"," terangnya.
Ia menambahkan, persoalan administrasi tersebut baru terungkap setelah sidang skripsi dilalui sang adik dengan lancar. Tepatnya saat dosen akan memasukkan nilai ke dalam sistem.
"Lho ternyata statusnya tidak aktif. Nilai skripsinya tidak bisa diinput," tambahnya.
Kejadian itu membuat Rea terkejut. Ia bertanya-tanya mengapa semua pihak, termasuk adiknya, baru mengetahuinya setelah sidang.
"Karena dari awal semester 14 kemaren, adikku bisa menjalani proses pengerjaan skripsi tanpa hambatan dari pihak kampus," ujarnya.
"Adikku sudah bayar uang semester, uang skripsi, SK pembimbing, juga ada berita acara sudah ikut sidang skripsi. Kalaupun lupa input di awal semester, kenapa tidak ada notifikasi waktu bayar SPP dan uang skripsi, hingga bisa dapat SK pembimbing?" lanjutnya.
Setidaknya ada 19 cuitan Handayani yang menerangkan persoalan yang dialami Rahil. Ia juga menerangkan soal kondisi adiknya yang terlihat sangat terpukul. "Terus terang adik seminggu terakhir sudah lelah dan tidak bisa tidur, diliput rasa bersalah ke orang tua kami di Riau," terangnya.
Menurutnya, pihak keluarga hanya bisa pasrah. Karena segala upaya sudah dilakukan, termasuk menghubungi pusat informasi Kemristekdikti untuk berkonsultasi. Saat itu, didapatkan penjelasan bahwa data bisa diubah oleh pihak kampus setempat.
"Dari hasil nelpon 2x ke PINTU @kemenristekdikti, aku mendapatkan jawaban. Jika perubahan data bisa dilakukan oleh pihak @UMMcampus," pungkasnya. (sun/bdh)