Sejak dilahirkan tangan dan kaki kiri Kamase yang kini berusia 75 tahun tidak berfungsi sebagaimana mestinya. Kakek yang kini tinggal di Kelurahan Darma, Polewali Mandar, Sulawesi Barat itu sehari-hari bekerja sebagai perajin sapu lidi.
![]() |
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Daun-daun kelapa yang telah dikumpulkan itu dipisahkan dulu dari batangnya. Baru setelahnya Kamase memikulnya ke rumah.
"Dikumpulnya harus sedikit demi sedikit. Kalau langsung banyak, biasanya susah dipikul," ucap Kamase sembari menarik daun kelapa yang jatuh dari pohon.
Setibanya di rumah, Kamase dengan cekatan membersihkan daun-daun kelapa itu dengan pisau. Kamase melakukan itu dengan satu tangannya yang berfungsi normal.
"Maklum, tangan saya hanya satu yang berfungsi normal. Makanya harus hati-hati. Karena salah sedikit, tangan atau kaki saya yang teriris pisau," kata Kamase sembari tertawa.
Kamase memastikan betul lidi-lidi yang dibuatnya bersih dari daun yang menempel. Sebab, kualitas lidi yang demikian yang menurut Kamase membuat sapu lidi tidak gampang rusak.
Setelah jadi, sapu lidi yang dibuat Kamase dijualnya seharga Rp 3 ribu hingga Rp 4 ribu per ikat. Setidaknya dalam seminggu Kamase menjual 5 hingga 10 ikat sapu lidi.
![]() |
"Kalau tidak ada sapu yang terjual, biasanya harus utang sama tetangga untuk beli makanan, tetapi untungnya, banyak warga yang peduli yang biasa memberikan bantuan ala kadarnya," ucap Kamase.
Kamase tinggal sendiri di rumah kayu yang dibangun secara swadaya oleh warga setempat. Sebenarnya Kamase memiliki saudara untuk tinggal bersama, tetapi dirinya enggan merepotkan.
"Bagi saya kesehatan yang diberikan oleh Sang Pencipta merupakan anugerah tersebesar, sehingga saya masih dapat terus bekerja tanpa mengharap bantuan orang lain, dengan kondisi seperti sekarang ini," kata Kamase.
(dhn/dhn)