Yorrys Kritik Tak Ada Evaluasi Golkar Pasca Penurunan Angka di 2019

Yorrys Kritik Tak Ada Evaluasi Golkar Pasca Penurunan Angka di 2019

Danu Damarjati - detikNews
Jumat, 26 Jul 2019 16:57 WIB
Yorrys Raweyai/Foto: Nur Indah Fatmawati/detikcom
Jakarta - Politikus senior Golkar Yorrys Raweyai mengkritik internal partai yang belum juga menggelar evaluasi pasca Pemilu 2019. Yorrys menyayangkan karena menurutnya perlu ada evaluasi besar pasca penurunan angka dalam Pileg.

"Kurang lebih 2 (dua) bulan pasca rekapitulasi hasil Pemilu 2019, Partai Golkar belum juga melakukan evaluasi atas hasil perolehan suara yang mengalami penurunan signifikan. Rapat Pleno yang seharusnya diselenggarakan untuk merespons hasil tersebut, pun urung dilaksanakan," kata Yorrys kepada wartawan di Jakarta, Jumat (26/7/2019).

Yorrys merasa heran dengan apa yang dilakukan pengurus DPP. Dia menyesalkan upaya pembungkaman terhadap mereka yang berpikiran kritis.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Entah apa yang sedang berkecamuk di benak para elit partai beringin saat ini. Alih-alih menggelar hajatan intropeksi secara menyeluruh, mereka justru sibuk menangkis tuntutan dan kritik konstruktif yang semakin bergulir. Lebih menyedihkan lagi, "politik perang" dipertontonkan," ujar Yorrys.

"Mereka yang bersuara kritis dibungkam dengan berbagai cara. Selain pemecatan, beberapa Pimpinan DPD I dan II mengalami intimidasi dengan ancaman. Posisi dan jabatan mereka di partai serta keanggotaan DPRD pun menjadi taruhan," sambungnya.

Yorrys mengatakan, hajatan Musyawarah Nasional (Munas) yang menanti di depan mata, oleh pimpinan Golkar tidak dipandang sebagai instrumen demokrasi internal partai, tapi tujuan untuk melanggengkan kekuasaaan.

"Elite Partai Golkar dibawah nahkoda Airlangga Hartarto telah kehilangan orientasi dan visi tentang bagaimana membawa partai ke arah yang lebih baik. Kegagalan masa lalu, justru dipaksakan sebagai kesuksesan. Target-target politik ditutup rapat-rapat agar bau tidak sedap yang berhembus dari kegagalannya dibungkus denga wewangian semu," kata Yorrys.



"Mereka lupa bahwa mengelola partai tidak cukup dengan polesan citra. Realitas politik adalah suguhan nyata tentang kegagalan dan kesuksesan. Semuanya harus dihampar dan disaji di atas karpet bersama untuk diuji dan dievaluasi," sambungnya.

Menurut Yorrys, Golkar adalah ajang pembuktian tentang siapa yang sesungguhnya mampu membawa partai ini ke arah yang lebih baik. Biarlah publik internal Partai Golkar yang menjadi hakim atas segala kegagalan dan kesuksesan tersebut.

Tanpa ancaman dan intimidasi, lanjut Yorrys, Golkar akan melahirkan pemimpin yang benar-benar berasal dari rahim kepentingan partai. Tidak lahir dari segumpal kepentingan kekuasaan semata, apalagi hanya untuk melanjutkan kekuasaaan yang nyata-nyata gagal mengemban amanah.

"Partai Golkar telah kehilangan visi masa depan. Ia sedang mempraktikkan jejak masa lalunya yang diwarnai kesuraman. Pragmatisme telah mengaburkan cita-cita yang sesungguhnya. Transaksi telah menggadaikan idealisme yang sebenar-benarnya. Jika demikian, sudah saatnya elite Golkar bertanggung jawab atas segala gonjang-ganjing pasca Pemilu 2019. Sementara itu, saatnya pula menghadirkan kader terbaik untuk melanjutkan estafet kepemimpinan," tutur Yorrys.

"Rapat Pleno dengan agenda evaluasi tidak lagi bisa ditunda. Partai Golkar harus segera berbenah, menyusun strategi baru dan jitu untuk merespons dinamika politik yang semakin berkembang. Menunda agenda tersebut tanpa kepastian hanya menyisakan persepsi akut tentang Pantai Golkar yang belum mampu beranjak dari gelap masa lalunya," pungkasnya.

(fjp/dnu)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
Selengkapnya



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Ajang penghargaan persembahan detikcom bersama Polri kepada sosok polisi teladan. Baca beragam kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini.
Hide Ads