Musim Kemarau, Ratusan Telaga di Gunungkidul Mulai Mengering

Musim Kemarau, Ratusan Telaga di Gunungkidul Mulai Mengering

Pradito Rida Pertana - detikNews
Jumat, 26 Jul 2019 17:56 WIB
Telaga-telaga di Gunungkidul yang mengering. Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom
Gunungkidul - Musim kemarau yang datang lebih awal membuat ratusan telaga di Kabupaten Gunungkidul mengering, seperti halnya telaga di Kecamatan Purwosari. Hal itu membuat warga kesulitan mendapatkan air untuk menyirami tanamannya.

Pantauan detikcom di Telaga Klumpit, Dusun Gading, Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul, Jumat (26/7/2019), debit air di telaga tersebut mengalami penyusutan drastis. Kendati demikian terdapat sebuah cekungan berisi air yang saat ini dimanfaatkan warga sekitar.

Tampak ada dua warga Dusun Gading, Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul yang tengah mengais air di cekungan tersebut. Dengan memikul dua blek bekas wadah minyak goreng, salah seorang warga mulai berjalan menuju cekungan tersebut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Telaga di Gunungkidul mengering. Telaga di Gunungkidul mengering. Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Sesampainya di cekungan itu, pria berkaus putih ini langsung memasukkan kedua blek secara silih berganti ke dalam genangan air tersebut. Setelah penuh, pria tersebut langsung memikulnya kembali ke sebuah ladang tembakau yang berada di Telaga Klupit.

Pria yang mengais air di Telaga Klupit, Margono mengatakan, bahwa ia sengaja memanfaatkan sisa air di cekungan Telaga tersebut untuk menghemat biaya. Mengingat ia tengah menanam tembakau dan memerlukan air untuk menyiraminya.

Telaga di Gunungkidul mengering. Telaga di Gunungkidul mengering. Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

"Telaga Klupit ini dulunya full (air) dan sering dimanfaatkan warga untuk pertanian, terus karena kemarau airnya jadi susut. Nah, karena masih ada sisa air maka saya ciduki (memasukkan air dari cekungan Telaga Klupit ke dalam blek) untuk menyiram tanaman," ujarnya saat ditemui di Telaga Klumpit, Dusun Gading, Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul, Jumat (26/7/2019).


"Ya gimana lagi, kalau tidak seperti ini (mengais air di cekungan) nanti (tanaman) tembakau saya bisa layu," imbuhnya.

Lanjut Margono, dalam sehari ia mampu belasan kali bolak-balik mengais air untuk menyirami tanaman tembakaunya. Mengingat tanaman tembakau miliknya perlu disirami tiga kali sehari.

Lebih lanjut, ia mengakui bahwa air pada cekungan tersebut akan berangsur-angsur mengering. Padahal, sumber air paling dekat dengan ladangnya adalah Telaga Klumpit.

"Kalau airnya habis ya terpaksa beli mas, satu tanki isi 5 ribu liter seharga Rp 120 ribu. Lha gimana lagi, wong PDAM belum masuk sini," ucapnya.


Telaga yang mengering di Gunungkidul.Telaga yang mengering di Gunungkidul. Foto: Pradito Rida Pertana/detikcom

Hal senada diungkapkan oleh warga Dusun Gading, Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul lainnya yakni Warti. Menurutnya, dalam sehari ia dapat belasan kali mengambil air di cekungan tersebut untuk menyirami ladang pertaniannya.

"Dulu airnya (Telaga Klumpit) penuh mas, tapi karena kemarau jadi kering dan tinggal sedikit seperti saat ini. Karena itu saya ambil mumpung belum kering," ujarnya.

"Airnya ini saya pakai untuk menyiram tanaman, dan dalam sehari bisa 15 kali bolak balik ambil air pakai jerigen 5 literan ini," imbuhnya.

Sambung Warti, kegiatannya mengais air di Telaga Klumpit sudah berjalan selama dua bulan. Warti menambahkan, ia sangat bergantung pada air di Telaga Klumpit karena itu ia berharap hujan segera turun.

"Kalau besok airnya habis saya ya setop menyirami, wong beli air mahal. Jadi semoga saja segera turun hujan agar Telaganya isi air lagi," kata Warti.

Tidak hanya di Telaga Klumpit, kekeringan Telaga juga terjadi di Telaga Ploso, Dusun Ploso, Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul. Pantauan detikcom, di Telaga tersebut sama sekali tidak ada air dan oleh warga dialihfungsikan menjadi ladang pertanian.

Subadi, warga Dusun Ploso, Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Gunungkidul mengatakan bahwa, keringnya Telaga Ploso sudah berlangsung selama beberapa bulan. Tepatnya setelah bulan April tahun 2019.

"Ya kering seperti ini kondisinya, karena tidak ada bantuan hujan dari Allah," ujarnya.

Padahal, Subadi memiliki ladang berisi tanaman cabai yang belum memasuki masa panen. Namun, ia tidak begitu mempermasalahkan keringnya Telaga Ploso.

"Kalau kering seperti ini kan tidak ada air, jadi solusinya ya beli air tangkinan mas, setangki harganya Rp 110 ribu. Lha gimana lagi, daripada gagal panen," katanya.

Diwawancarai terpisah, Kepala Bidang Pengairan, Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Kabupaten Gunungkidul, Taufik Aminudin mengatakan, bahwa ada ratusan telaga yang mengalami kekeringan di Gunungkidul. Hal itu berdasarkan survei yang dilakukan DPUPRKP Kabupaten Gunungkidul bersama Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSO).

"Hasil survei kemarin, dari 460 telaga di Gunungkidul, ada 355 Telaga yang mengering," katanya saat dihubungi wartawan, Jumat (26/7/2019).

Bahkan, Taufik mengakui bahwa bukan tidak mungkin angka tersebut akan meningkat. Mengingat saat ini belum memasuki puncak musim kemarau.

"Kalau (musim) kemaraunya lebih lama ya bukan tidak mungkin jumlah telaga yang mengering akan bertambah," ucap Taufik. (sip/sip)



Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads