Akhir-akhir kita dikejutkan dengan viral berita tentang udara Jakarta yang sangat kotor, yang dilengkapi dengan gambar pemandangan gedung-gedung di Jakarta dalam langit gelap pada siang hari. Beritanya pun sering ditambahi bumbu, Jakarta menjadi kota terpolusi di dunia. Berita ini benarkah, atau hoax? Mengapa demikian?
Ada dua hal yang yang menyebabkan udara Jakarta kotor dan tampak gelap serta keruh, yaitu partikulat dan smog fotokimia. Partikulat merupakan materi padatan yang berukuran kurang dari 100 mikrometer yang tersuspensi dan melayang-layang di udara. Partikulat yang banyak menjadi pembicaraan sekarang adalah partikulat dengan ukuran diameter aerodinamik kurang dari 2,5 mikrometer atau dituliskan PM2.5. Partikulat ini bersifat menghamburkan sinar matahari, sehingga menimbulkan efek keruh dan gelap.
Sedangkan smog fotokimia adalah fenomena udara pada siang hari yang berwarna merah kecoklatan, sehingga menimbulkan kesan redup dan gelap. Efek tersebut diakibatkan oleh campuran senyawa polutan gas yang terdiri atas materi organik yang mudah menguap, nitrogen oksida dan peroksiasetil nitrat dan ozon berinteraksi dengan radiasi ultraviolet yang ada pada sinar matahari.
Jumlah PM2.5 maupun senyawa pembentuk smog fotokimia dipengaruhi oleh aktivitas sumber dan kondisi meteorologi setempat. Sumber utama polutan dari keduanya di daerah urban termasuk Jakarta berasal dari transportasi dan industri. Secara umum aktivitas transportasi tinggi pada siang hari dan rendah pada malam hari, serta mengalami puncaknya pada pagi hari dan sore hari. Kegiatan industri puncak aktivitasnya bervariasi, misalnya untuk PLTU meningkat pada malam hari, untuk industri yang hanya beroperasi pada siang hari tentunya hanya menghasilkan emisi pada siang hari. Maka dapat diasumsikan bahwa kegiatan industri siang dan malam hari sama.
Faktor meteorologi yang berpengaruh dalam mengeruhkan langit Jakarta adalah awan dan curah hujan, radiasi matahari, serta kestabilan atmosfer. Pada musim kemarau tidak ada curah hujan dan penutupan awan rendah sehingga intensitas radiasi ultraviolet pada sinar matahari tinggi. Hujan merupakan sarana pembersih partikulat yang efektif, dengan tiada hujan berarti pembersihan partikulat dari udara hanya mengandalkan gravitasi bumi.
Tetapi tarikan gravitasi bumi untuk mengendapkan partikulat dilawan oleh gaya gesek partikulat di udara, yang mana semakin kecil ukuran partikel semakin besar gesekan di udara sehingga semakin lama partikulat melayang di udara. Dengan intensitas ultraviolet yang tinggi menimbulkan efek smog fotokimia yang kuat.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Curah hujan merupakan sapu pembersih partikulat di udara dan juga melarutkan beberapa senyawa pembentuk smog fotokimia. Oleh karena itu pada musim kemarau ini wajar jika Jakarta langitnya menjadi keruh dan gelap, karena jumlah partikulat meningkat dan efek smog fotokimia yang kuat. Tanpa mengurangi sumber emisi, kondisi ini akan berkurang dengan adanya hujan.
Jika secara tahunan, pada musim kemarau langit Jakarta lebih keruh dari pada musim hujan, secara harian pun kondisi udara Jakarta mengalami perubahan yang sifatnya periodik. Smog fotokimia, jelas hanya terbentuk pada siang hari karena melibatkan radiasi matahari. Sedangkan konsentrasi partikulat di udara memiliki pola harian yang khas yang dipengaruhi oleh kestabilan udara dan aktivitas sumber. Pada malam hari, udara cenderung lebih stabil daripada siang hari. Puncak kondisi stabil udara pada pagi hari. Ketika matahari mulai menyinari permukaan bumi, udara secara perlahan menjadi tidak stabil dan puncak tidak stabilnya udara pada sore hari.
Udara yang tidak stabil ditandai terjadinya tolakan yang kuat sehingga polutan dapat mudah tercampur dan tersebar dengan udara secara vertikal lebih tinggi. Sebaliknya udara yang stabil menyebabkan polutan yang dihasilkan oleh transportasi dan industri mengendap pada lapisan permukaan tidak tersebar ke arah vertikal yang tinggi.
Kondisi PM2.5 di beberapa kota besar di dunia secara live setiap jam dapat dilihat pada situs airvisual.com. Situs tersebut menampilkan indeks kualitas udara khusus untuk PM2.5 beserta kriterianya. Pada waktu pagi hari Jakarta sering menduduki kota terpolusi dengan indeks kualitas udara di atas 160 dengan kriteria tidak sehat untuk semua orang. Posisi ranking pertama untuk Jakarta ini perlahan turun menjelang siang hari, dan pada sore hari turun bisa sampai pada ranking di bawah sepuluh dengan kriteria tidak sehat untuk orang yang sensitif terhadap debu. Begitulah secara periodik dalam satu hari pada musim kemarau ini Jakarta dapat menduduki kota terpolusi ranking satu, meskipun hanya sesaat. Dan, nanti jika musim hujan tiba kemungkinan Jakarta tidak lagi menduduki ranking pertama dalam kota terpolusi di dunia.
Oleh karena itu tidaklah arif jika mengatakan Jakarta sebagai kota terpolusi hanya dengan melihat sesaat. Terlebih jika pernyataan tersebut bertujuan untuk merendahkan Indonesia (Jakarta) ataupun untuk tujuan politis. Namun jika mengatakan Jakarta sebagai kota terpolusi dimaksudkan untuk memotivasi agar ada upaya pengelolaan lingkungan udara yang lebih serius, tentunya ini adalah sisi lain yang positif.
Untuk mengatakan kota terpolusi harus dilihat rata-rata dalam setahun. Jika dilihat rata-rata setahun, masih dalam situs yang sama Indonesia yang diwakili Jakarta menduduki ranking 11 negara terpolusi dari 73 negara dengan kriteria udara tidak sehat untuk orang yang sensitif terhadap gangguan debu. Dengan kondisi rata-rata tahunan udara Jakarta yang demikian itu, jadi sudah seharusnya udara Jakarta perlu mendapat perhatian.
Sumaryati peneliti di Pusat Sain dan Teknologi Atmosfer, Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN ) dengan fokus penelitian pada lingkungan atmosfer
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini